Email : Mandapa_za01@yahoo.co.id,
zamandapa@gmail.com / www.sieaa.blogspot.com
Syukur yang Mendekatkan Kepada Allah SWT
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Marilah
pada kesempatan ini kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan diri dan keluarga
kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala.
Diantaranya dengan memenuhi perintah-Nya bersyukur atas segala nikmat dan
rahmat yang diberikan oleh-Nya kepada kita semua.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Syukur
merupakan salah satu sifat mahmudah yang harus dimiliki seorang muslim. Syukur
tidaklah sekedar ungkapan rasa terimakasih seorang hamba kepada Allah
swt, tetapi juga merupakan wahana menuju (wushul) kepada Allah swt.Dalil
tentang perintah bersyukur sangatlah jelas diterangkan dalam al-Baqarah ayat
152
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي
وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku ( QS al-Baqarah 152 )
Seringkali
orang memahami bahwa syukur merupakan uangkapan manusia atas nikmat yang
diberikan oleh Allah swt kepada mereka, sehingga syukur terkesan hanya sebagai
‘re-aksi‘ seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah swt. Padahal sesungguhnya
tidaklah sesederhana itu. Karena sesungguhnya syukur merupakan salah satu wasilah mendekatkan
diri kepada Allah swt. Syukur merupakan prilaku ibadah tersendiri yang apabila
dikelola dengan benar oleh hamba akan mempermudahkan perjalanan mendekati Yang
Maha Agung. Atau yang oleh para ahli tasawwuf dikatakan sebagai wushul kepada
Allah swt.
Begitulah
kiranya, Allah swt menaruh kata syukur bedekatan dengan kata dzikir dalam ayat
diatas. Tidak lain karena, posisi syukur sama pentingnya dengan dzikir
kepadaNya. Keduanya (dzikir dan syukur) sama-sama akan menghantarkan kita
kepada-Nya.
Apabila diperhatikan secara seksama, potongan pertama
ayat di atas yang berbunyi ‘fadzkuruni adzkurkum’ mengandung
pemahaman bahwa barang siapa mengingat Allah swt maka Allah swt juga akan
mengingatnya. Artinya barang siapa berdzikir kepada-Nya, maka Allah swt akan
selalu dekat dengannya.
Mengenai
hal ini Rasulullah saw pernah berkata kepada para sahabatnya “maukah kalian
aku tunjukkan amal yang paling bagus, yang paling bersih (di sisi-Nya) dan
lebih berharga dari pada infaq emas-perak, juga lebih bernilai dibandingkan
jika kalian memenggal leher musuh dan kemudian musuh itu memenggal lehermu
(mati syahid di medan perang)”. Para sahabat kemudian menjawab “mau ya
Rasul” lalu nabi membalas “itulah dzikir kepada Allah swt”.
Pada kesempatan lain dalam hadits qudsi juga
diterangkan
اَنَا مَعَ عَبْدِ اِذَا ذَكَرَنِى
Aku akan selalu menyertai hamabaku, selama hambaku
ingat kepadaku dan kedua bibirnya selalu bergerak-gerak
Kedua
hadits di atas menunjukkan betapa dzikir itu sungguh berharga di sisi-Nya.
Karena dzikir merupakan wahana mendekatkan diri kepadaNya. Dan begitupula
dengan syukur yang tidak kalah berharganya dengan dzikir, sebagaimana keduanya
diperintahakan oleh Allah dalam al-Baqarah ayat 152 dengan redaksi ‘fadzkuruni dan wasykuruli
’.
Pertanyaannya
kemudian, syukur seperti apakah yang berharga senilai dengan dzikir? Syukur
seperti apakah yang dapat menghantarkan kita mendekat kepada Nya? yaitu syukur
yang mengandung tiga hal sekaligus pertama, syukur billisan, syukur bil
janan dan syukur bil arkan
Ketiganya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, jika ketiganya tidak terkumpul
dalam satu tindakan, maka syukur itu tidak akan mampu mendorong diri manusia
mendekat kepadaNya.
Hadirin
Jama’ah Jum’ah yang Dimuliakan Allah swt.
Pertama, Syukur
billisan. Yaitu menggunakan lisan sebagai media representasi rasa terimakasih
kepada Tuhan dengan mengucapkan kalimat ‘alhamdulillah’. Kalimat yang
hanya terdiri dari dua kata ini jika terucap dari mulut seorang hamba, maka
sejatinya hamba itu telah mengakui keagungan dan kemewahan rahmat Allah swt
atas segala yang telah ditakdirkan dan diberlakukan kepadanya. Sebagaimana
tersimpan dalam huruf ‘al’ dalam al-hamdu yang bermakna ‘lil
istighraq’. Artinya segala macam puja dan puji hanya kepada-Nya. Ini
sekaligus juga menepis adanya pengakuan lain selain Allah swt. membersihkan
dari dari rasa syirik yang mungkin menempel dalam hati kecil manusia. Oleh karena itu Allah swt menggaransi
siapapun yang mengucapkan Alhamdulillah dengan ridha-Nya. Maka
dari itu marilah kita bersama-sama melatih diri membiasakan mengucap
Alhamdulillah dalam laku kita. baik setelah makan, setelah minum, setelah
berpakaian, setelah shalat dan lain sebagainya. Karena jikalau Allah swt telah
meridhai kita, rasanya Allah tidak akan membiarkan makanan yang telah masuk ke
dalam perut kita sebagai penyakit. Jika Allah telah meridhai kita maka
kehidupan kita akan berjalan di atas trek ketentuan-Nya.
Demikian
keterangan hadits Rasulullah saw;
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ
الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ
عَلَيْهَا. رواه مسلم
Bahwa
Rasulullah saw pernah bersabda sesungguhnya Allah swt (pasti) meridhai seorang
hamba yang makan makanan kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah)
atau meminum minuman kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) .
Yang Kedua (biljanan) yaitu tidak hanya
berhenti sekedar ucapan alhamdulillah saja.Tetapi harus
disertai dengan tambahnya rasa dalam hati (biljanan)akan rasa cinta
kepada Allah swt sebagai Sang Pemberi rizki. Itulah perasaan yang diutamakan.
Baru menyusul kemudian rasa senang dan gembira akan rizki yang diberikan
kepadanya.
Disinilah para Jama’ah yang Dirahmati Allah… yang
perlu digaris bawahi bahwa yang utama adalah menambahkan rasa cinta kepada
Allah Sang Pemberi nikmat, lalu setelah baru rasa senang dan gembira atas rizki
yang diberikan oleh-Nya.
Yang ketiga dan terakhir, adalah
menyertai ucapan dan perasaan itu dengan tindakan konkrit (bilarkan).
Berupa berbagai macam kewajiban syariat yaitu zakat, bila memang sudah memenuhi
syaratnya. Artinya, nikamt yang diberikan Allah kepadanya harus digunakan
sebagai alat mendekatkan diri kepada Allah swt. Jangan sampai rizki pemberian
dari-Nya menemuhi salah sasaran dipergunakan selain kepentingan ilahiyah.
Jika memang ketiga hal ini dirangkai dalam satu
tindakan syukur, maka Allah akan menjamin kehidupan hamba itu dan meridhainya.
Hal ini pulalah yang akan menghantarkan kita memahami ayat special untuk syukur
yang berbunyi : Qs Ibrohim 7
وَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ
شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ
عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ ﴿۷﴾
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ
وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar