mandapa za

mandapa za

Selasa, 29 April 2014

PENGARUH BACAAN AL-QUR'AN KE OTAK

Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur'an...".
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.
Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur'an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur'an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur'an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an.
Al-Qur'an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur'an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur'an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur'an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Maha benar Allah yang telah berfirman, "Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Q.S. 7: 204).
source: arrahman .com


Minggu, 27 April 2014

DALIL LARANGAN MENYANJUNG RASULULLAH SAW.

DALIL LARANGAN MENYANJUNG RASULULLAH SAW.

Satu lagi contoh dalil khusus yang sering dibawakan oleh kaum Anti Mawlid/Selawat adalah dalil yang secara harfiyah dipahami sebagai larangan untuk memuji atau menyanjung Rasulullah Saw., dan ini dijadikan dasar untuk menganggap bid’ah atau sesat sya’ir-sya’ir qashidah yang sering dibaca umat Islam di seluruh dunia dalam rangka memuji Rasulullah Saw. Hadis Rasulullah Saw. tentang hal itu bunyinya begini:

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ (رواه البخاري)

“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Bukhari)

Kaum Anti Mawlid/Selawat secara mentah-mentah memahami hadis ini sebagai larangan mutlak memuji-muji atau menyanjung Rasulullah Saw. secara berlebihan, lebih dari sekedar mengakuinya sebatas hamba Allah yang diutus sebagai Rasul dan diberikan wahyu. Memuji beliau lebih dari itu dianggap sebagai upaya “pengkultusan” yang dapat dikategorikan sebagai syirik. Padahal, memuji atau menyanjung itu sangat jauh berbeda dengan “mengkultuskan”.
Habib Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki, di dalam kitab beliau, Qul Hadzihii Sabiilii, menjelaskan bahwa pada hadis tersebut ada pesan yang jelas antara larangan memuji atau menyanjung berlebihan dengan perlakuan kaum Nasrani terhadap Nabi Isa bin Maryam As. Artinya, seandainya yang dilarang secara mutlak adalah semata-mata perbuatan memuji atau menyanjung Rasulullah Saw. dalam bentuk apapun seperti yang dipahami kaum Anti Mawlid/Selawat, maka beliau tidak perlu menghubungkannya dengan perbuatan kaum Nasrani yang jelas-jelas menganggap Nabi Isa As. sebagai tuhan. Itulah kenapa Rasulullah Saw. kemudian menyuruh umatnya untuk selalu “menyadari” bahwa beliau hanyalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya. Dan orang Islam paling bodoh pun tahu batasan ini.

Jadi, yang dilarang di dalam hadis tersebut adalah “mengkultuskan” Rasulullah Saw. dalam arti mengangkat beliau sebagai tuhan atau melekatkan sifat ketuhanan kepada beliau. Sementara menyanjung atau memuji beliau, menurut Habib Muhammad al-Maliki, adalah perkara wajib, mengingat banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menyebut bahwa keingkaran umat-umat terdahulu terhadap nabi-nabi mereka adalah karena menganggap nabi-nabi itu sebatas manusia biasa seperti diri mereka yang tidak pantas dilebihkan kedudukannya sehingga patut diikuti.
Di lain sisi, terdapat dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. tidak benar-benar melarang shahabat beliau untuk memuji atau menyanjung beliau, melainkan semata-mata karena sifat tawadhu’ (rendah hati) pada diri beliau, dan karena kekuatiran terhadap kebiasaan pengkultusan jahiliyah yang baru saja ditinggalkan para shahabat beliau karena baru masuk Islam. Walhasil, para ulama telah menjelaskan bahwa memuji atau menyanjung Rasulullah Saw. itu dilakukan dalam rangka untuk memuliakan beliau, dan memuliakan beliau adalah amal shaleh yang mendapatkan pahala. Sikap “memuliakan” itu sangat berbeda dari sikap “mengkultuskan”, dan dalam rangka memuliakan Rasulullah Saw. maka tidak ada batas tertentu yang dianggap cukup untuk mencapai hakikat kemuliaan beliau. Batasannya hanyalah tidak mengangkat beliau sebagai tuhan atau tidak melekatkan sifat ketuhanan pada diri beliau.
Lagipula, Allah Swt. telah jelas-jelas mencontohkan sikap pemuliaan itu dengan memuji atau menyanjung Rasulullah Saw. di dalam al-Qur’an, sebagaimana tersebut di dalam surat al-Qalam: 4 :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar di atas budi pekerti yang agung.”
Bahkan, bukan sekedar mencontohkan, Allah Swt. malah juga menganggap sikap memuliakan Rasulullah Saw. itu sebagai ciri orang yang beriman kepadanya yang akan mendapatkan keberuntungan, sebagaimana firman-Nya:
“… Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raaf: 157).

Jadi, ketika kaum Anti Mawlid/Selawat menganggap sya’ir-sya’ir pujian kepada Rasulullah Saw. yang ditulis oleh para ulama yang shaleh sebagai bid’ah sesat, atau bahkan dianggap sebagai amalan syirik, karena dianggap “berlebihan” dalam memuji, maka hendaknya mereka menjelaskan “batasan Pas‘nya” dan “batasan lebihnya” dengan dalil yang jelas, sambil bertanya, “kalau bukan kita (umat Islam) yang memuliakan Rasulullah Saw., maka siapakah yang lebih pantas melakukannya, Yahudi kah atau Nasrani kah?”

Bila Rasulullah Saw. sudah dianggap tidak lebih dari manusia biasa yang diutus sebagai Rasul dan mendapat wahyu, berarti di sana ada pengingkaran terhadap sosok pribadi beliau yang agung sebagai seseorang bernama “Muhammad” yang terkenal kemuliaan dan kejujurannya, yang bukan saja ditakdirkan tetapi bahkan dipersiapkan oleh Allah jauh-jauh masa sebelum alam semesta diciptakan. Beliau bahkan sudah menjadi manusia mulia dan terpuji yang diistimewakan oleh Allah sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Bagaimana mungkin kita mengingkari awan yang menaungi beliau saat berjalan; atau melimpahnya keberkahan ternak dan susu Halimatus-Sa’diyah saat mengambil beliau sebagai anak susunya; atau kejujuran dan kehalusan budi pekerti beliau yang diakui orang di seantero Mekkah; atau padamnya api abadi sesembahan kaum majusi Persia di saat kelahiran beliau; atau betapa proporsionalnya bentuk wajah dan tubuh beliau; dan lain sebagainya. Sungguh semua itu diberikan oleh Allah sebagai suatu keistimewaan yang layak disebut sebagai kemuliaan dan keagungan pribadi beliau, terlepas dari status beliau sebagai seorang Rasul semata. Belum lagi keistimewaan-keistimewaan yang Allah berikan kepada beliau sejak diangkat menjadi Nabi dan Rasul, sungguh tidak terukur kadarnya. Syirik kah orang yang menyebut-nyebut keistimewaan beliau itu dalam sya’ir-sya’ir pujian?
Lihatlah betapa para shahabat Rasulullah Saw. seperti kehabisan kata dan tak mampu menemukan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan hakikat pribadi beliau. Kekaguman mereka pada diri beliau terungkap seperti berikut ini:
Al-Bara’ bin ‘Azib Ra. berkata, “Aku tidak pernah melihat ada seseorang berbalut pakaian merah yang lebih bagus dari beliau” (HR. Bukhari).
Ali bin Abi Thalib Ra. berkata, “… Aku belum pernah melihat sebelum dan sesudahnya orang yang seperti beliau” (HR. Tirmidzi).
Anas bin Malik Ra. berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus dari telapak tangan Rasulullah Saw., dan aku tidak pernah mencium wangi yang lebih harum dari wanginya Rasulullah Saw.” (HR. Ahmad).
‘Aisyah Ra. ummul-Mu’miniin berkata, “Adalah akhlak beliau itu al-Qur’an” (HR. Ahmad).
Delegasi Bani ‘Amir berkata kepada Rasulullah Saw., “Engkau adalah tuan kami.” Rasulullah Saw. menjawab, “Tuan itu adalah Allah tabaraka wata’ala.” Delegasi itu malah terus berkata lagi, “Dan engkau adalah orang paling utama dan paling besar kemampuan di antara kami.” Rasulullah Saw. berkata, “Katakanlah dengan perkataan kalian atau sebagian perkataan kalian, dan jangan sampai syeitan menjadikan kalian sebagai wakilnya (untuk menyesatkan dengan kata-kata)” (HR. Abu Dawud). Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. tidak melarang orang yang menyanjung beliau, tetapi di sisi lain beliau juga memberi peringatan agar waspada dari penyusupan syeitan dalam hal tersebut yang pada akhirnya dapat mengarahkan orang untuk mengkultuskan beliau seperti Tuhan, mengingat mereka baru masuk Islam dan baru saja meninggalkan penyembahan berhala. Artinya, selama pujian atau sanjungan itu tidak melampaui batas tersebut, beliau masih mentolerirnya. Beliau memang tidak senang dipuji atau disanjung karena sifat tawadhu’ (rendah hati), bukan karena haram melakukannya.
Masih banyak lagi ungkapan pujian dan sanjungan para shahabat terhadap beliau, sebagai wujud kebanggaan, kecintaan, dan kekaguman yang mendalam terhadap diri beliau. Dan ungkapan-ungkapan apapun dalam memuji atau menyanjung Rasulullah Saw. hakikatnya adalah pembenaran dan penetapan keyakinan di dalam hati tentang ketinggian derajat dan keutamaan yang Allah berikan kepada beliau, dan ini adalah bagian dari keimanan kepada kenabian dan kerasulan beliau.
Bila yang dipermasalahkan adalah kalimat-kalimat sya’ir yang secara harfiyah memposisikan Rasulullah Saw. sebagai: Pemberi petunjuk ke jalan yang lurus (al-haadii ilaa sharath mustaqiim), pembuka yang tertutup (al-faatih limaa ughliqa), penutup yang terdahulu, tuan (sayyid/maula), cahaya yang berada di atas cahaya (nuur fawqa nuur), penghapus kesesatan, pemberi pertolongan, dan lain sebagainya, yang sering dituduh sebagai sikap “menuhankan” (mengkultuskan) beliau atau menganggap beliau memiliki kemampuan seperti Allah, maka sungguh tuduhan itu sangat keliru. Sebab para ulama yang menyusun atau mengarang kalimat-kalimat tersebut tidak pernah menganggapnya demikian, mereka hanya memaksudkan makna majaz (kiasan) di mana hakikatnya sudah menjadi hal lumrah bagi orang-orang yang bertauhid dan beraqidah, bahwa yang sesungguhnya memberi petunjuk, pertolongan, keberkahan, cahaya, dan lain sebagainya adalah Allah Swt., sedang Rasulullah Saw. hanya merupakan “sebab” tercapainya hal-hal tersebut melalui dakwah, teladan, syafa’at, dan do’a-do’a beliau.
Para ulama yang menulis sya’ir-sya’ir pujian itu pasti sangat mengerti batasan tentang “porsi” Khaliq (Allah yang Maha Pencipta) dan “porsi” makhluq (hamba ciptaan Allah) dalam hal kemampuan atau perbuatan, dan tidak mungkin itu diabaikan. Setinggi apapun ungkapan pujian atau sanjungan itu kepada Rasulullah Saw. sesungguhnya maksudnya adalah masih dalam tataran status beliau sebagai makhluk. Bahkan seandainya dikatakan Rasulullah Saw. adalah sempurna, maka maksudnya adalah Rasulullah Saw. makhluk yang sempurna, yang tentunya disempurnakan oleh Allah Swt.
Al-Habib Muhammad al-Maliki menjelaskan, bahwa menisbatkan suatu perbuatan atau kemampuan kepada yang bukan ahlinya adalah sah menurut al-Qur’an dan Sunnah, dan inilah yang disebut majaz ‘aqli (kiasan logis). Sebagai contoh, Allah Swt. mencontohkan:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, maka (ayat-ayat itu) menambahkan iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfaal: 2).
“Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir dari hari yang menjadikan anak-anak beruban“ (QS. Al-Muzzammil: 17).
Pada ayat pertama diatas, Allah menyebutkan seolah “ayat-ayatNya” dapat melakukan atau memberkan tambahan keimanan, dan pada ayat kedua, Allah menyebutkan seolah “hari” lah yang merubah keadaan anak-anak menjadi beruban (tua). Tentu hal itu dengan mudah dapat dipahami sebagai kiasan, karena siapapun tahu bahwa pada hakikatnya yang menambah keimanan dan merubah keadaan anak-anak menjadi beruban adalah Allah. Demikian pulalah jika suatu kemampuan atau perbuatan yang hakekatnya cuma milik Allah ketika dinisbatkan kepada Rasulullah Saw., maka maksudnya adalah majaz aqli (kiasan logis) dengan makna bahwa beliau hanyalah “sebab” tercapainya perbuatan itu, sedang pelaku sesungguhnya adalah Allah. Lihatlah bagaimana Allah sendiri menyebutkan:
“… dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS. Asy-Syuuraa: 52).
Adapun memuliakan Rasulullah Saw. dengan sebutan sayyid (tuan/penghulu/pemimpin), maka hal itu telah dibahas hukum kebolehannya dengan panjang lebar oleh para ulama, di antaranya adalah Imam Nawawi di dalam kitab al-Adzkaar. Ringkasnya, menyebut Rasulullah Saw. dengan Sayyidinaa Muhammad (tuan/penghulu/pemimpin kami Muhammad) hanyalah melaksanakan apa yang beliau nyatakan sendiri di dalam sabdanya:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ (رواه مسلم)

“ Aku adalah penghulu/pemimpin anak Adam pada hari kiamat, dan orang pertama terbelah (terbuka) kuburnya, orang pertama yang memberi syafa’at, serta orang pertama yang diberi syafa’at” (HR. Muslim)

Sikap kaum Salafi & Wahabi yang di satu sisi terkesan seperti sangat antusias dalam mengikuti Sunnah Rasulullah Saw. tetapi di sisi lain sangat “menghindarkan diri” dari memuliakan dan menyanjung pribadi beliau karena paranoid terhadap pengkultusan yang tidak jelas batasannya, adalah dua sisi yang boleh dikatakan bertolak belakang. Mengapa? Karena semangat atau antusiasme mengikuti seseorang biasanya muncul dari kekaguman, dan kekaguman itu berawal dari mengenal keistimewaan dan kemuliaan orang tersebut yang dapat diekspresikan dan disosialisasikan melalui sanjungan, pujian, atau pemuliaan dari orang yang mengenalnya.
Tanpa kekaguman itu mustahil rasanya seseorang tergerak untuk mengikuti atau bahkan untuk sekedar mempercayai. Bukankah banyak riwayat hadis menyebutkan para Shahabat yang mendapat hidayah dan memilih beriman serta mengikuti Rasulullah Saw. karena kekaguman mereka terhadap beliau dalam hal: Kejujurannya, akhlak dan budi pekertinya, kelembutan tutur katanya, kebijaksanaannya, dan kedahsyatan mukjizatnya? Bila semata-mata karena beliau diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul, tanpa tanda-tanda khusus atau keistimewaan yang mengagumkan pada diri pribadi beliau, besar kemungkinan bahkan para rahib (seperti Waraqah bin Naufal atau Buhaira) yang mengetahui berita kedatangan Nabi akhir zaman dari kitab-kitab mereka sekalipun, sulit untuk mempercayai beliau, apatah lagi mengikuti ajarannya.
Pertanyaannya, kenapa kaum Salafi & Wahabi ini bisa bersemangat dan sangat antusias untuk mengikuti sunnah Rasulullah Saw. padahal “bekal” kekaguman mereka terhadap beliau tidak lebih dari pengakuan bahwa beliau adalah manusia biasa yang diberi wahyu dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul? Bukankah kekaguman sebatas itu mestinya tidak menghasilkan efek yang lebih hebat dalam mengikuti sunnah Rasulullah Saw. daripada kekaguman yang diwarnai dengan pujian dan sanjungan terhadap kemuliaan dan keistimewaan pribadi beliau? Bagaimana mungkin orang-orang yang mengaku mencintai dan mengagumi Rasulullah Saw. dan rajin memuji atau menyanjung pribadi beliau terkesan kalah semangat dari kaum Salafi & Wahabi ini dalam membicarakan dan menjalani sunnah beliau? Anda ingin tahu jawabannya?
Jawabnya, bahwa para ulama melihat jelas adanya celah rahmat Allah yang ada pada sikap memuliakan pribadi Rasulullah Saw. selain dari kekaguman yang dapat memompa semangat mengikuti sunnah beliau. Sehingga diharapkan, meskipun jika ada umat Islam yang membaca syair pujian dan sanjungan terhadap beliau lalu belum muncul semangatnya untuk mengikuti sunnah beliau, diharapkan mereka mendapat rahmat dengan cara itu. Dengan rahmat itulah kemudian mereka akan dipermudah oleh Allah untuk mencapai kecintaan kepada Rasulullah Saw., lalu kekaguman terhadap beliau, lalu peneladanan terhadap sunnahnya. Berarti, setidaknya masih ada kebaikan yang dihasilkan dari sekedar memuji dan menyanjung Rasulullah Saw., bahkan dengan hanya menyebut nama beliau saja, seseorang bisa mendapatkan rahmat. Bagaimana tidak, sedangkan Sufyan bin ‘Uyainah berkata:

عِنْدَ ذِكْرِ الصَّالِحِيْنَ تَنْـزِلُ الرَّحْمَةُ (حلية الأولياء ج. 7 ص. 285)

“Saat menyebut orang-orang shaleh, akan turun rahmat” (Lihat Hilyatul-Awliya’, al-Ashbahani, juz 7 hal. 285).

وَعَنْ أَبِيْ عُثْمَانَ أَنَّهُ قَالَ ِلأَبِيْ جَعْفَرِ بْنِ حَمْدَانَ أَلَسْتُمْ تَرْوُوْنَ أَنَّ عِنْدَ ذِكْرِ الصَّالِحِيْنَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ قَالَ بَلَى قَالَ فَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الصَّالِحِيْنَ (، سير أعلام النبلاء ج. 14 ص. 64)

Dan dari Abi Utsman bahwasanya ia berkata kepada Abu Ja’far bin Hamdan, “Bukankah kalian meriwayatkan bahwa ketika disebut orang-orang shaleh akan turun rahmat?” Abu Ja’far menjawab, “Benar”. Abu Utsman berkata, “ Maka Rasulullah Saw. adalah pemimpin orang-orang shaleh“ (Siyar A’laam an-Nubala’, adz-Dzahabi, juz 14, hal. 64)

Sedangkan mengenai kaum Anti Mawlid/Selawat yang terkesan sangat antusias dan bersemangat mengikuti sunnah Rasulullah Saw., maka sebenarnya hal itu juga dilatar belakangi oleh kekaguman yang sangat besar. Tetapi kekaguman yang sangat besar itu bukanlah terhadap diri pribadi Rasulullah Saw., karena mereka menganggap beliau hanya sebatas manusia biasa yang diberi wahyu dan diangkat menjadi Nabi & Rasul. Semangat dan antusiasme itu lahir karena mereka sangat kagum kepada dua hal, yaitu:

1. Sangat kagum kepada para ulama Anti Mawlid/Selawat yang berhasil meyakinkan dirinya bahwa merekalah yang paling murni mengikuti sunnah Rasulullah Saw. dan para shahabat beliau. Penampilan mereka yang hafal al-Qur’an dan hadis sehingga terkesan selalu berbicara dengan dalil, menjadi poin penting dalam memunculkan kekaguman ini.

2. Sangat kagum kepada diri sendiri karena merasa beragama dan beribadah selalu berdasarkan sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabat beliau. Akibatnya mereka sangat optimis bahwa ibadah yang mereka lakukan itu sangat berarti dan berharga nilainya.

Benarkah begitu? Mana buktinya? Buktinya, mereka selalu berbicara tentang ibadah yang harus dijalankan sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw., sehingga apa yang mereka anggap berbeda dari yang disebutkan sunnah tersebut dianggap sia-sia dan tidak mendapat pahala. Sedangkan para ulama pelaku Maulid seringkali berbicara tentang rahmat Allah yang hakikatnya lebih berharga dari pahala ibadah; mengarahkan umat untuk kagum kepada “rahmat bagi sekalian alam” (yaitu Rasulullah Saw.) melalui syair-syair sanjungan dan pujian kepada beliau; serta perlahan-lahan mengarahkan mereka untuk mengikuti sunnahnya agar semakin besar harapan mereka untuk mendapatkan rahmat Allah.
Apa artinya amal ibadah seseorang di hari akhirat bila ia tidak diberi rahmat oleh Allah, sedangkan Allah memberi rahmat-Nya kepada siapa saja yang Ia kehendaki, apalagi kepada orang yang berharap rahmat kepada-Nya. Pantaskah mendapat rahmat suatu ibadah yang di dalamnya terselip kesombongan dan kebanggaan karena menganggapnya lebih utama dari ibadah orang lain? Manakah yang lebih utama, mengharap pahala atau rahmat? Rasulullah Saw. telah bersabda:

لاَ يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَلاَ يُجِيْرُهُ مِنَ النَّارِ وَلاَ أَنَا إِلاَّ بِرَحْمَةٍ مِنَ الله ِ (روا مسلم)

“Tidaklah amal seseorang memasukkannya ke dalam surga, dan tidak pula menyelamatkannya dari neraka, dan aku pun demikian, melainkan dengan sebab rahmat dari Allah” (HR. Muslim).

Jika telah nyata bahwa rahmat Allah lebih berharga dari pahala atau amal ibadah, maka membuka peluang besar bagi umat untuk mendapat rahmat Allah melalui puji-pujian dan sanjungan kepada Rasulullah Saw., atau melalui acara peringatan Maulid, tahlilan, dan lain sebagainya adalah amalan yang jelas lebih pantas dianggap kebaikan ketimbang memutus harapan mereka dari rahmat Allah dengan melarang atau menuding amalan tersebut sebagai kesia-siaan, bid’ah, dan kesesatan. Perhatikanlah riwayat dari Zaid bin Aslam Ra. berikut ini:

أن رجلا كان في الأمم الماضية يجتهد في العبادة ويشدد على نفسه ويقنط الناس من رحمة الله ثم مات فقال أي رب مالي عندك قال النار قال يا رب فأين عبادتي واجتهادي فقيل له كنت تقنط الناس من رحمتي في الدنيا وأنا أقنطك اليوم من رحمتي (أخرجه معمر بن راشد الأزدي في الجامع ج. 11 ص. 288 والبيهقي في شعب الإيمان ج. 2، ص. 21)

Sesungguhnya ada seorang lelaki pada masa umat-umat terdahulu yang bersungguh-sungguh dalam beribadah. Ia berkeras diri melakukannya, dan (di sisi lain) ia membuat orang lain berputus asa dari rahmat Allah ta’ala. Kemudian Ia meninggal dunia. Maka ia berkata (saat hari kiamat), “Ya Tuhanku, apa yang aku dapat (dari Engkau)?” Allah menjawab, “Neraka!” Orang itupun berkata, “Mana (pahala) ibadahku dan kesungguhanku?” Allah menjawab, “Sesungguhnya kamu dahulu di dunia telah membuat orang berputus asa dari rahmat-Ku, maka hari ini Aku buat kamu berputus asa dari mendapat rahmat-Ku!” (lihat al-Jami’, Ma’mar bin Rasyid al-Azdi w. 151, juz 11, hal. 288. Syu’abul-Iman, al-Bayhaqi w. 458 H.,juz 2, hal. 21)

Mungkin kaum Anti Mawlid/Selawat tidak menyadari, entah ke arah mana maunya keyakinan yang mereka pegang itu. Bila kaum Yahudi & Nasrani memiliki alasan jelas dalam hal tidak menyukai keutamaan diri Rasulullah Saw. sehingga mereka selalu berupaya menghina dan merendahkan martabat beliau, lalu mengapakah kaum Anti Mawlid/Selawat jadi seperti “ikut-ikutan” dalam hal itu sehingga tega melarang umat Islam untuk mencintai, memuji, menyanjung, dan membanggakan Nabinya sendiri? Apakah mereka tidak menyadari bahwa fatwa mereka dalam hal ini seperti mendukung misi kaum Yahudi yang selalu berusaha “membunuh karakter” Rasulullah Saw. dari hati para pengikutnya??!


Allahu a'lam...

Sabtu, 26 April 2014

" HUKUM MEMBACA KATA SAYYIDINA DALAM PEMBACAAN SHALAWAT "


" HUKUM MEMBACA KATA SAYYIDINA DALAM PEMBACAAN SHALAWAT "


Menambahkan kata “SAYYIDINA” dalam pembacaan shalawat, seperti shalawat Ibrahimiyyah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat hukumnya disunnahkan. Hal itu diterangkan di dalam kitab “Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu”, karya Dr. Wahbah az-Zuhaili, jilid 1halaman 721, cetakan “Darul Fikr”, Beirut – Libanon dengan keterangan sebagai berikut
Artinya
---------
“Ulama Hanafiyyah dan Syafi’iyyah berkata: Disunnahkan menambahkan kata "Sayyid” pada nama Muhammad dalam shalawat Ibrahimiyyah. Karena penambahan informasi dengan insiden yang ada adalah essensi dari upaya menempuh adab yang baik. Dengan demikian, menambahkan kata “Sayyid” pada nama Muhammad lebih utama daripada tidak menambahkannya.
Adapun kaitannya dengan hadits yang berbunyi, ‘Janganlah kalian mengagungkanku dalam shalat’, hadits ini adalah hadits maudhu’ atau palsu.
Atas dasar itu redaksi shalawat yang lebih sempurna adalah sebagai berikut:
اللهم صل علی سيدنا محمد وعلی ال سيدنا محمد
گما صليت علی سيدنا إبراهيم وعلی ال سيدنا إبراهيم
وبارك علی سيدنا محمد وعلی ال سيدنا محمد
گما بارکت علی سيدنا إبراهيم وعلی ال سيدنا إبراهيم
فی العالمين إنك حميد مجيد
(Allâhumma sholli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ shollaita ‘alâ Sayyidinâ Ibrôhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrôhîma
Wa bârik ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ bârokta ‘alâ Sayyidinâ Ibrôhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrôhîma
Fîl ‘âlamîna innaka hamîdun majîd)
Artinya
---------
“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad dan keluarganya,, sebagaimana Engkau limpahkan rahmat kepada junjungan kami, Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah keberkahan kepada junjungan kami. Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada junjungan kami . Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Mah Terpuji lagi Maha Agung di seluruh alam semesta.”

By : KH. Thobary syadzily

Padi - Semua Tak Sama

Lirik Lagu Padi - Semua Tak Sama

Dalam benakku... lama tertanam...
Sejuta bayangan dirimu...
Redup terasa... cahaya hati...
Mengingat apa yang telah kau, berikan...


Waktu berjalan... lambat mengiring...
Dalam titian takdir hidupku...
Cukup sudah... aku tertahan...
Dalam persimpangan masa silamku...

Coba tuk melawan... getir yang terus ku kecap...
Meresap ke dalam relung... sukmaku...
Coba tuk singkirkan... aroma nafas tubuhmu...
Mengalir mengisi laju... darahku...


Reff : 

Semua tak sama... tak pernah sama...
Apa yang ku sentuh... apa yang ku kecup...
Sehangat pelukmu... selembut belaimu...
Tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu...


Apalah arti... hidupku ini...
Memapahku dalam ketiadaan...
Segalanya luruh... lemah tak bertumpu...
Hanya bersandar pada, dirimu...

Ku tak... bisa... sungguh tak... bisa...
Mengganti dirimu dengan dirinya...

Coba tuk melawan... getir yang terus ku kecap...
Meresap ke dalam relung... sukmaku...
Coba tuk singkirkan... aroma nafas tubuhmu...
Mengalir mengisi laju... darahku...


Reff : 

Semua tak sama... tak pernah sama...
Apa yang ku sentuh... apa yang ku kecup...

Sehangat pelukmu... selembut belaimu...
Tak ada satupun yang mampu menjadi, sepertimu...

Reff : 

Semua tak sama... tak pernah sama...
Apa yang ku sentuh... apa yang ku kecup...

Sehangat pelukmu... selembut belaimu...
Tak ada satupun yang mampu menjadi, sepertimu... woooh...

( sampai kapan kau terus bertahan... )
( sampai kapan kau tetap tenggelam... )

( sampai kapan kau mesti terlepas... )
Buka mata... dan hatimu... relakan semua...

Padi - Kasih Tak Sampai

Lirik Lagu Padi - Kasih Tak Sampai

Lirik Lagu Padi - Kasih Tak Sampai
Title : Kasih Tak Sampai
Artis : Padi

Indah .. terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan saling memiliki
Namun bila itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Tak semudah seperti yang terbayang
Menyatukan perasaan kita ...
Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi cinta kita
berdua ... berdua ...
Sudah .. terlambat sudah
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan .. ini
Menjadi saksi kita berdua ...

Padi - Bayangkanlah

lirik lagu Padi - Bayangkanlah

Padi - Bayangkanlah
Lirik lagu Padi bayangkanlah
Title : Bayangkanlah
Artis : Padi


Bayangkanlah bila aku tak lagi menjadi kekasihmu
Bayangkanlah bila bumi tak mampu lagi berputar
Bayangkanlah bila aku terpisah jauh darimu
Bayangkanlah bila mentari tak mampu lagi
Menyinari dunia

Dengarlah duhai kekasih
Hidup tak selamanya indah
Renungkan wahai sahabat
Hadapilah semua yang akan terjadi

Bayangkanlah bila aku tak setia lagi kepadamu
Bayangkanlah bila mata tak mampu lagi memandang
Bayangkanlah bila aku terpikat hati yang lainnya
Bayangkanlah bila cinta tak mampu lagi
Mendamaikan dunia

Dengarlah duhai kekasih
Hidup tak selamanya indah
Renungkan wahai sahabat
Hadapilah semua yang akan terjadi
Duhai tuhan kuserahkan hidupku

Jumat, 25 April 2014

Hukum Menyiram Kuburan dengan Air Kembang

Muslimedianews.com ~ Bagaimana hukumnya
menyiram kubur dengan air kembang? Apakah
benar semakin banyak siramannya akan
semakin cepat terkabul doa ampunan untuk
mayit? Jamaah Masjid Istikmal, Simo
Sidomulyo, Surabaya. (20/04/2014)
Jawaban:
Kita bahas terlebih dahulu menyiram kuburan
dengan air. Dalam sebuah hadis disebutkan:
ﻋﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺑﻦ ﺭﺑﻴﻌﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻡ
ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻣﻈﻌﻮﻥ ﻭﺃﻣﺮ ﻓﺮﺵ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻤﺎﺀ .
(ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﻣﻮﺛﻘﻮﻥ ﺇﻻ ﺃﻥ ﺷﻴﺦ ﺍﻟﺒﺰﺍﺭ ﻣﺤﻤﺪ
ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﺃﻋﺮﻓﻪ . ﻣﺠﻤﻊ ﺍﻟﺰﻭﺍﺋﺪ ﻭﻣﻨﺒﻊ ﺍﻟﻔﻮﺍﺋﺪ .
ﻣﺤﻘﻖ – ﺝ 3 / ﺹ 67 )
“Diriwayatkan dari Amir bin Rabiah bahwa
Nabi Saw berdiri di atas kuburan Utsman bin
Madz’un dan menyuruh untuk menyiram air
diatasnya” (HR al-Bazzar. Al-Hafidz al-
Haitsami berkata: Para perawinya terpercaya
kecuali guru al-Bazzar, Muhammad bin
Abdillah, saya tidak mengetahuinya” [Majma’
az-Zawaid 3/67])
Hadis lainnya adalah sebagai berikut:
ﻭﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺵ ﻋﻠﻰ
ﻗﺒﺮ ﺍﺑﻨﻪ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ . (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻷﻭﺳﻂ ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ
ﺭﺟﺎﻝ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺧﻼ ﺷﻴﺦ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ . ﻣﺠﻤﻊ ﺍﻟﺰﻭﺍﺋﺪ
ﻭﻣﻨﺒﻊ ﺍﻟﻔﻮﺍﺋﺪ . ﻣﺤﻘﻖ - ﺝ 3 / ﺹ 67 )
“Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi Saw
menyiram air diatas kubur putranya,
Ibrahim” (HR al-Thabrani. Al-Hafidz al-
Haitsami berkata: ”Para perawinya adalah
perawi hadis sahih, selain guru al-
Thabrani” [Majma’ az-Zawaid 3/67])
Bahkan makam Rasulullah Saw juga disiram
dengan air:
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻝَ : ﺭُﺵَّ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺒْﺮِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ –ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﺭَﺷًّﺎ . ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺭَﺵَّ
ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺒْﺮِﻩِ ﺑِﻼَﻝُ ﺑْﻦُ ﺭَﺑَﺎﺡٍ ﺑِﻘِﺮْﺑَﺔٍ ﺑَﺪَﺃَ ﻣِﻦْ ﻗِﺒَﻞِ ﺭَﺃْﺳَﻪِ
ﻣِﻦْ ﺷِﻘِّﻪِ ﺍﻷَﻳْﻤَﻦِ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﺭِﺟْﻠَﻴْﻪ ( ﺳﻨﻦ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ
– ﺝ 2 / ﺹ 402 )
“Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa
makam Rasulullah Saw disiram dengan air.
Orang yang melakukannya adalah Bilal bin
Rabah dengan gayung yang diawali dari arah
kepala sisi bagian kanan, hingga sampai ke
kedua kaki Nabi” (HR al-Baihaqi 2/402. Juga
Ibnu Sa’d dalam al-Thabaqat al-Kubra
2/306)
Oleh karena itu, beberapa ulama 4 Madzhab
Ahlisunnah menghukumi sunah menyiram air
di atas kubur, meski sebagian lain menilai
hadis-hadis di atas ada yang dlaif. Lalu
bagaimana dengan air kembang? Syaikh al-
Azhar, Sulaiman al-Jamal yang mengutip dari
Syaikh Ali Syibramulisi, berkata:
ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺭَﺵُّ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﺑِﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻮَﺭْﺩِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ؛ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻟِﻐَﺮَﺽٍ
ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻔَﺮِّﻗُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺘَّﻌَﻴُّﻦِ ﻭَﻋَﺪَﻣِﻪِ ﻭَﺃُﺟِﻴﺐَ ﻋَﻦْ
ﻋَﺪَﻡِ ﺍﻟﺘَّﺤْﺮِﻳﻢِ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻴﻪِ ﺇﺿَﺎﻋَﺔُ ﻣَﺎﻝٍ ﺑِﺄَﻧَّﻪُ ﺧَﻠْﻔَﻨَﺎ
ﺷَﻲْﺀٌ ﺁﺧَﺮُ ﻭَﻫُﻮَ ﺇﻛْﺮَﺍﻡُ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﺣُﺼُﻮﻝُ ﺍﻟﺮَّﺍﺋِﺤَﺔِ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺔِ
ﻟِﻠْﺤَﺎﺿِﺮِﻳﻦَ ﻭَﺣُﻀُﻮﺭُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ ﺑِﺴَﺒَﺐِ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﻣِﻦْ ﺛَﻢَّ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﺎ
ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴﻞُ ﻣِﻨْﻪُ ﺍ ﻫـ . ﻉ ﺵ . (ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ - ﺝ
9 / ﺹ 314 )
“Makruh menyiram kubur dengan air mawar
dan tidak haram, sebab ada tujuan yang
sesuai syariat. Para ulama tidak membedakan
antara menentukan air bunga mawar atau
lainnya. Mengapa tidak haram meski ada
bentuk penghamburan harta? Dijawab bahwa
setelah kita tinggalkan kuburan, ada sesuatu
yang lain, yaitu memuliakan mayit dan supaya
harum bagi orang yang hadir di makam, juga
untuk kehadiran malaikat. Oleh karenanya
dikatakan bahwa tidak makruh jika
sedikit” (Hasyiah al-Jamal 9/314)
Terkait banyaknya siraman atau tidak justru
dihukumi makruh dan tidak ada kaitan dengan
terkabulnya doa. Doa yang terkabul adalah
karena faktor kesungguhan dan kekhusyukan:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ- « ﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﻮﻗِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻹِﺟَﺎﺑَﺔِ ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ
ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻻَ ﻳَﺴْﺘَﺠِﻴﺐُ ﺩُﻋَﺎﺀً ﻣِﻦْ ﻗَﻠْﺐٍ ﻏَﺎﻓِﻞٍ ﻻَﻩٍ » (ﺭﻭﺍﻩ
ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ )
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah
Saw bersabda: “Berdoalah kepada Allah dan
kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah
bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati
yang lupa dan bermain-main” (HR al-
Turmudzi, hadis hasan)
Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin

Doa nabi Muhammad Saw yang jarang diamalkan oleh siapapun

Allahumma Ahyinii Miskiinan, 
wa Amitnii Miskiinan, 
wahsyurniii fii Jumratil-masaakiin

Artinya : Ya Allah ! Hidupkanlah aku dalam keadaan MISKIN, dan matikanlah aku dalam keadaan MISKIN, dan kumpulkanlah aku dalam rombongan orang-orang MISKIN .
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah No. 4126 

Rabu, 23 April 2014

MENJAWAB PERSOALAN HIDUP, By Ust Yusuf Mansur




DOA NABI MUSA : "SEGALA PERSOALAN TERSELESAIKAN"

Nabi Musa ‘Alaih Salam, ketika dia lari dari kejaran Fir’aun dan tentaranya, akhirnya mentok di tepi laut. Sekian jauh dia berlari dari kejaran Fir’aun dan tentaranya, ternyata mentok-mentok juga di tepi laut. Karena beliau adalah seorang nabi, dan apa pun yang berasal dari seorang nabi semestinya dapat menjadi pelajaran buat kita, akhirnya doanya Nabi Musa diabadikan oleh Rasulullah Saw dan menjadi doa terhebat yang pernah saya amalkan ketika saya susah. Saudara tahu apa yang diucapkannya oleh Nabiyullah Musa As? Ketika tidak ada lagi jalan keluar, ternyata yang dia ucapkan waktu itu adalah rasa syukur, yang belum tentu kita bisa mengucapkannya.

Nah, buat saudara yang memang lagi diliputi suasana susah, inilah doanya, Subhanallah.

Allahumma lakalhamdu
“Ya Allah, segala puji bagi-Mu”

Wa ‘ilaikalmustaka
”Hanya kepadamu, Ya Allah, kami berkeluh kesah”

Wa ‘antalmusta‘aan
“Engkaulah tempat meminta pertolongan”

Wa laa hawla walaa quwwata ‘illaa billahil’aliyyil’adzhim
“Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung”

KUNCI KESUKSESAN…. By : Ust Yusuf Mansur



Siapa yang pengen luar biasa diantara mereka yang sudah terlebih dahulu luar biasa dengan kesuksesan yang mereka raih, maka kuncinya adalah shalat malam (tahajjud) dan sedekah. Memang sifatnya shalat malam dan sedekah itu dapat merubah sifat manusia. Merubah nasib seseorang, dan merubah derajat kedudukan seseorang. Yang dulunya bukan siapa-siapa, sekarang malah dicari orang. Bukan karena kejahatannya, tapi karena kekagumannya terhadap apa yang telah ia raih.

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Israa’ [17] : 78)

Kata Allah, “Benarkah shalatnya?” Shalat Ashar, shalat Zhuhur. Berapa rakaatkah shalat Zuhur? Bukan Empat! Kalau shalat Zhuhurnya empat, kita jauh dari kaya. Shalat Zhuhur itu adalah delapan rakaat! Shalat Qabliyahnya dua rakaat dan shalat ba’diyahnya dua rakaat. Shalat itu seperti burung, ada sayapnya. Sayapnya shalat itu adalah qabliyah dan ba’diyah. Kalau ada burung yang enggak pakai dia punya sayap, namanya burung apa? Ada dua. Yang satu, dia burung bodoh. Yang satunya lagi burung malas. Dia tahu punya sayap, dia enggak pakai. Begitulah kita. Ash-shalah mi’rajul Mu’minin.

Shalat itu adalah mi’raj-nya orang-orang yang beriman, tapi dia enggak mi’raj, enggak terbang karena sayapnya enggak ada. Jadi, bagi siapa yang pengen hidupnya berubah, gajinya berubah, usahanya meningkat, karirnya melejit, dan pengen rumah tangga sakinah serta mempunyai anak keturunan yang shaleh-shalehah, perbaiki dulu shalatnya. Sertakan sunnahnya, dhuha dan tahajud didirikan. Mudah-mudahan Allah mengangkat kita, menaikkan kita ke dejat yang paling tinggi di sisi-Nya. Aamiin...

SUBHANALLAH

"Semoga ALLAH bimbing kita agar senantiasa menjadi hamba-Nya yang tidak meremehkan waktu shalat, dan waktu2 yang sudah ALLAH berikan untuk kita, terhindar dari maksiat dan perzinaan, dekat dengan ibadah kepada ALLAH SWT. aamiin"

KEUTAMAAN 2 AYAT TERAKHIR SURAH AL BAQARAH

Dua ayat terakhir (ayat ke-285 dan 286) surah al-Baqarah adalah :
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
ARTINYA
“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali, [285]’
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[286]”
keutamaannya apa ?
Hadist-hadist berikut menjawab tentang keutamaan 2 ayat terakhir surah Al baqarah tersebut :
1. Dari Ibnu Abbas ra. Dia berkata, “Pada saat Jibril duduk bersama Nabi saw. Tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari atas beliau, maka beliau pun menengadahkan kepalanya keatas. Jibril berkata, ‘Itu adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka dan pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini. Kemudian turunlah malaikat dari langit’ Jibril berkata, ‘Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan ia tidak pernah turun sama sekali kecuali pada hari ini’. Selanjutnya malaikat itu memberi salam dan berkata, ‘Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah surat Al Fatihah dan ayat-ayat terakhir dari surat Al Baqarah. Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya melainkan akan dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya)’.” (HR. Muslim).
2. Dari An-Nu’man bin Basyir ra.dari Nabi saw. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab dua ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya Allah menurunkan dua ayat yang menutup surat Al Baqarah. Tidaklah kedua ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah selama tiga hari, melainkan syetan tidak akan mampu mendekatinya.” (HR. Tirmidzi). Tirmidzi menilai hadits ini Hasan Di riwayatkan juga oleh An-Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim, tetapi redaksi Al Hakim adalah, “Dan tidaklah dua ayat tersebut dibaca dalam sebuah rumah, melainkan syaitan tidak akan sanggup untuk mendekatinya selama tiga malam.” Menurut Al Hakim hadits ini Shahih, sesuai syarat Muslim.
3. Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. Bahwa Nabi saw. Bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada suatu malam, niscaya dua ayat itu akan mencukupinya.” (HR. Bukhari-Muslim). Maksud dari sabda beliau, “Niscaya dua ayat itu akan mencukupinya” adalah mencukupinya dari shalat malam di malam tersebut. Pendapat lain mengatakan: niscaya dua ayat itu menjadi penangkal dari syetan di malam itu. Ada juga pendapat lain yang mengatakan: dijaga dari segala bencana. Pendapat yang lainnya: dicukupkan dengan keutamaan dan pahala.
4. Diriwayatkan Dari Abu Mas’ud ra. dia berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surat Al-Baqarah dalam satu malam, maka cukuplah dua ayat tersebut sebagai penyebab perlindungan Allah kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim).
3. Bersabda Nabi saw., “Barangsiapa membaca dua ayat akhir-akhir surat Al Baqarah pada malam hari, niscaya keduanya akan memelihara dia (dari bencana).” (HR. Abu Dawud).
4. Dari Abu Dzar ra. Berkata Nabi saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menutup surat Al Baqarah dengan dua ayat yang diberikan padaku dari pembendaharaan dibawah arsy, maka pelajarilah olehmu dan ajarkan pada isteri dan anak-anakmu, sebab ia sebagai shalat, dan bacaan serta do’a.” (HR. Al Hakim).
5. Dari Al-Rabik bin Abdullah Al Kala’iy, berkata, “Seorang lelaki berkata, Wahai Rasulullah saw. ayat manakah yang ada di dalam Al Qur’an yang paling agung?” Rasulullah saw. menjawab, “Ayat Kursi.” Lelaki itu bertanya lagi, “Ayat manakah di dalam Al Qur’an yang anda suka untuk anda dapatkan dan umat anda?” Rasulullah saw. menjawab, “Akhir surat Al Baqarah, karena dia berasal dari gedung rahmat yang berada di bawah Arsy Allah swt. Dan dia mencakup semua kebaikan di dunia dan akhirat.” (HR.Darimi).
Wallahu A’lam.

Sabtu, 19 April 2014

APRIL MOP

SEJARAH APRIL MOP : HARI PEMBANTAIAN RIBUAN UMAT MUSLIM OLEH TENTARA SALIB DI SPANYOL

5 April 2012 pukul 10:13
Di Barat, tiap tanggal 1 April diperingati hari “April Mop.” Sedangkan di Indonesia, di berbagai kota besar, tak jarang ada yang latah mengikuti tradisi April Mop. Pada hari itu, mereka diperbolehkan dan sah-sah saja menipu teman, mengisengi kawan, ngerjain guru, ngusilin orang tua, membohongi saudara, atau yang sejenisnya, di mana sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya, jika sang target April Mop sudah sadar bahwa dirinya dijadikan target April Mop, mereka juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tapi tidak akan marah sungguhan.

Seolah-olah 1 April adalah hari di mana keisengan dan kebohongan harus berjalan sempurna dan akurat, zero tolerance bagi kesalahan. Jika berhasil ngisengin sang target, maka yang didapat adalah rasa puas dan sensasi plong.

April Mop sendiri adalah hari di mana orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Tapi tahukah Anda apakah April Mop itu sebenarnya?

Sejarah April Mop
Sebenarnya, April Mop adalah sebuah perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.
Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop—yang hanya berlaku pada tanggal 1 April—adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja menipu teman, orangtua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan.
Walaupun belum sepopuler perayaan tahun baru atau Valentine's Day, budaya April Mop dalam dua dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan yang makin akrab di masyarakat perkotaan kita. Terutama di kalangan anak muda. Bukan mustahil pula, ke depan juga akan meluas ke masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ironisnya, masyarakat dengan mudah meniru kebudayaan Barat ini tanpa mengkritisinya terlebih dahulu, apakah budaya itu baik atau tidak, bermanfaat atau sebaliknya.
Perayaan April Mop berawal dari suatu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan? April Mop, atau The April's Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah barat yang berupa pegunungan. Islam telah menerangi Spanyol.
Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur'an, namun bertingkah-laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.
Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol.
Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran dan budaya. Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al Qur'an. Mereka juga mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan salib. Penyerangan oleh pasukan salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu-persatu daerah di Spanyol jatuh.
Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara salib terus mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara salib mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.
Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol.
Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan salib, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para tentara salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.
Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.
Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April's Fool Day). Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.
Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya se-iman disembelih dan dibantai oleh tentara salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas juga ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, 5 abad silam.
Jadi, perhatikan sekeliling Anda, anak Anda, atau Anda sendiri, mungkin terkena bungkus jahil April Mop tanpa kita sadari.

Memperingati "HARI PENDUSTA MASSAL" sama dengan BIADAB.
"Celakalah orang yang berbicara, padahal ia bohong, untuk sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, kemudian celakalah dia."
Memperingati "HARI PENDUSTA MASSAL" sama dengan BIADAB. "Celakalah orang yang berbicara, padahal ia bohong, untuk sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, kemudian celakalah dia."

Senin, 14 April 2014

Melly Goeslaw – HANYA

Melly Goeslaw – HANYA

Maret 10, 2009
Melly Goeslaw & Anto Hoed
Hanya dengan sedikit malu
Akhirnya aku harus akui
Keberadaan cintamu dalam hatiku
Yang kau renangi
Rasa resah singgah bila terjadi perang
Emosi kau dan aku
Reff:
Jangan pernah menyanjung cinta
Bila tak mengerti maknanya cinta
Satu terindah dalam dirimu
Kini ada di jiwaku
Ku inginkan cerita cinta
Terindah bagai di dalam dongeng
Percintaan berhujan rindu
Asmara kita akankah lama
Dalam hati ku terhibur
Bila senyum mahalmu merebak
Rasa resah singgah bila terjadi perang
Emosi kau dan aku