Nama
beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin
Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf bin
Muhammad Maulah Dawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Sayyidina al Faqih al
Muqaddam Muhammad bin Ali binl Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi
bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin
Muhammad an Naqib binl Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq binl Imam
Muhammad al Baqir binl Imam Ali Zainal Abidin binl Imam Hussein as Sibith binl
Imam Ali bin Abi Thalib dan binl Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah
S.A.W.
Kelahiran
Beliau
dilahirkan di desa Lisk dekat dengan desa Ainat, di bahagian bawah negeri
Hadhramaut, di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 992H. Sejak kecilnya
beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdul Rahman bin
Aqil.(Ibunya
bernama syarifah Muznah binti Muhammad Al jufri).Meskipun mata beliau buta sejak
kecil, tetapi Allah memberinya kecerdasan otak dan pandangan hati ( Bashirah ),
sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya.
Karamah
dan Kewalian
Habib
Umar bin abdurrahman Al athos sudah nampak sejak beliau dalam kandungan ibunya
,janin tersebut bersin dan tentu ini adalah sesuatu ilmu di luar kebiasaan
manusia pada umumnya dan hingga beliau mendapat gelar “Al athos (orang yang
bersin ).
Sejak
kecil beliau sudah mengalami kebutaan namun tidak mengurangi semangat beliau
dalam menuntut ilmu. Beliau belajar dari ayahnya dan ulama-ulama setempat
lainnya seperti Syeikh Umar bin Isa,Syeikh Abu Bakar bin Salim dan Habib Husein
bin Sheikh Abubakar bin Salim.beliu juga membuka taklim dengan mengajarkan ilmu
agama.
Dakwahnya
pun menyebar ke segenap penjuru Hadramaut. Belakangan ia dikenal sebagai
seorang sufi yang banyak menguasai ilmu lahir dan batin, pengayom anak yatim
piatu, janda, dan fakir miskin. Siang mengajar, malamnya ia gunakan untuk
melakukan riyadhah, beribadah, bermunajat kepada Allah SWT, dan sangat jarang
tidur.Sebagai ulama besar dan sufi, Habib Umar dikenal dengan beberapa
karamahnya. Ia sangat termasyhur, bahkan sampai ke negari Cina. Suatu hari,
salah seorang anak Habib Abdurrahman melawat ke Cina. Di sana ia bertemu
seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak
mengenalnya.”Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa?”
tanyanya.”Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu, Habib Umar bin
Abdurrahman Al-Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya. Habib Umar
sering datang ke negeri kami dan ia sangat terkenal di negeri ini,” jawab sufi
tersebut. Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar
telah berdakwah sampai ke sana.Syeikh Muhammad Baqais, salah seorang muridnya,
bercerita, ”Satu kali Habib Umar mendamaikan beberapa suku yang berperang
sampai berkali-kali. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan tanggapan baik.
Karena itu beliau pun melemparkan biji tasbihnya kepada mereka. Dengan izin
Allah biji tasbih itu menjadi ular. Barulah mereka sadar dan mohon maaf.” Nama
Habib Umar tak bisa dipisahkan dari karya agung yang diberinya judul ‘Azizul
Manal wa Fathu Babil Wishal, alias “Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu
Tujuan” – yang di belakang hari sangat terkenal sebagai Ratib Al-Atthas. Habib
Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”Melindungi Kota
Umar sendiri berwasiat, “Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam ratib itu.”Melindungi Kota
Menurut
Habib Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang, Jakarta Pusat), Ratib Al-Aththas lebih
tua dibanding Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad disusun pada 1071 H/1651 M oleh
Habib Abdullah Al-Haddad, atau sekitar 350 tahun lalu, sedang Ratib Al-Atthas
disusun jauh sebelumnya. Ada beberapa wirid atau doa yang tidak ada dalam Ratib
Al-Atthas tapi terdapat dalam Ratib Al-Haddad, demikian pula sebaliknya. Namun,
seperti ratib-ratib yang lain, keduanya tetap mengacu pada doa yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW.Ratib Al-Atthas biasa dibaca usai salat Magrib, tapi boleh
juga dibaca setiap pagi, siang, atau tengah malam. Bisa dibaca sendiri atau
secara berjemaah. Manfaat ratib ini sangat besar. Bahkan ada sebagian ulama
yang mengatakan, dengan membaca Ratib Al-Atthas atau Ratib Al-Haddad setiap
malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat
tinggal kita, menganugerahkan kesehatan, dan mengucurkan rezeki-Nya kepada
segenap penduduk.Dalam keadaan sangat khusus dan mendesak, ratib tersebut bisa
dibaca tujuh hingga 41 kali berturut-turut. Pendapat ini mengacu pada beberapa
hadis Rasulullah SAW tentang manfaat istigfar dan doa-doa lainnya. Sebab, dalam
ratib-ratib tersebut antara lain terdapat selawat, tahlil, tasbih, tahmid, dan
istigfar.Begitu hebat fadilah atau keutamaan ratib-ratib itu, hingga Habib
Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al-Atthas menyatakan
bahwa mereka yang mengamalkan ratib tersebut tidak akan terluka jika pada suatu
hari terpatuk ular. “Orang yang biasa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan
merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti,” katanya. Betapa
hormat para ulama kepada Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas. Tergambar ketika
suatu hari seorang ulama, Syeikh Salim bin Ali, mengunjungi Imam Masjidilharam,
Habib Muhammad bin Alwi Assegaf, dan menyampaikan salam dari Habib Umar.
Seketika itu juga Habib Muhammad pun menundukan kepala sejenak, lalu katanya,
”Layaklah setiap orang menundukkan kepala kepada Habib Umar. Demi Allah, saya
mendengar suara gemuruh di langit untuk menghormati beliau. Sementara di bawah
langit ini tidak ada orang lebih utama daripada beliau.”
Wafatnya
Habib Umar bin Abdurrahman Al Attas
Habib
Umar bin Abdurrahman Al-Attas wafat pada 23 Rabiulakhir 1072 H/1652 M, dan
jenazahnya dimakamkan di Desa Nafhun dekat Huraidhoh Hadramaut Yaman.
*
Rotib Al-Attas adalah susunan dzikir yang disusun oleh Habib Umar bin
Abdurrahman Alattas. yang selalu di baca baik itu di majlis-majlis ta’lim
maupun di amalkan secara individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar