Riwayat hidup Penyusun Ratib
al-haddad
Beliau adalah Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin
Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad
bin Abdullah bin al-Faqih Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad Shahibu
Marbath bin Ali Khali` Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin
Ahmad al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja`far ash-Shadiq
bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin al-Husain bin Ali bin Abi
Thalib, suami Fathimah az-Zahra binti Rasulillah saw.
Nama penyusun Ratib al-Haddad ini
sudah akrab di telinga masyarakat Islam Indonesia, Malaysia, India, Pakistan
dan negara-negara Islam di Timur Tengah. Beliau dikenal karena karya tulis
serta wirid-wirid dan dzikir-dzikir yang disusunnya sekitar empat abad yang
lalu, sudah diamalkan oleh masyarakat Islam secara luas.
Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad
dilahirkan pada tanggal 5 Shafar 1044 H, di pinggiran kota Tarim yang bernama
Subair. Dalam kitab Tastbitul Fuad disebutkan bahwa ketika beliau dilahirkan,
salah seorang wanita tetangganya membungkus beliau dengan pakaian ayahnya. Di
malam itu, habib Abdullah tidak berhenti menangis dan menjerit-jerit hingga
pagi hari. Ibunya kemudian memerintahkan kepada salah seorang wanita yang
berada di rumahnya untuk memeriksa Habib Abdullah. Wanita tersebut kemudian
membuka pakaian yang membungkus Habib Abdullah. Ternyata, di dalam pakaian yang
membungkus Habib Abdullah terdapat seekor kalajengking besar yang telah
menyengat badan Habib Abdullah .
Ayahnya, Habib Alwi bin Muhammad
adalah seorang yang shalih dari keturunan orang-orang yang shalih. Dimasa
mudanya, beliau sempat berkunjung ke kediaman Habib Ahmad bin Muhammad
al-Habsyi Shahibusy Syi`ib untuk meminta doa. Habib Ahmad berkata kepadanya,
“..anak-anakmu adalah anak-anakku juga, mereka diberkahi Allah.” Saat itu Habib
Alwi tidak mengerti akan maksud ucapan Habib Ahmad. Namun, setelah menikahi
Salma, cucu dari Habib Ahmad, beliau baru sadar bahwa doa Habib Ahmad adalah
sebuah isyarat perkawinannya.
Sebagaimana Habib Alwi, Salma
juga merupakan seorang wanita yang shalihah dari keturunan orang-orang yang
shalih pula. Dari istrinya inilah Habib Alwi mendapat putra-putri yang baik dan
shalih pula, diantaranya adalah Habib Abdullah.
Masa Kecil Habib Abdullah
Ketika Habib Abdullah berusia 4
tahun, beliau terserang penyakit cacar yang begitu hebatnya hingga membutakan
kedua matanya. Namun, musibah ini sama sekali tidak mengurangi semangatnya
dalam menuntut ilmu. Ia berhasil menghafal al-Qur`an dan menguasai berbagai
ilmu agama ketika usianya masih kanak-kanak. Rupanya Allah swt berkenan
menggantikan pengelihatan lahirnya dengan pengelihatan batin, sehingga
kemampuan menghafal dan daya pemahamannya sangat mengagumkan.
Sejak kecil Habib Abdullah gemar
melakukan ibadah dan riyadhah. Kegemarannya ini seringkali menjadikan nenek dan
orang tuanya merasa tidak tega melihat putranya yang cacat melakukan berbagai
ibadah dan riyadhah. Mereka menasehati Habib Abdullah agar berhenti menyiksa
dirinya. Demi menjaga perasaan kedua orang tuanya, Habib Abdullah pun
mengurangi ibadah dan riyadhah yang sebenarnya amat ia gemari.
Beliau tumbuh dewasa di kota
Tarim, Bekas-bekas cacarnya pun tidak tampak lagi diwajahnya. Beliau
berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih dan berwibawa. Tutur bahasanya
menarik, sarat dengan mutiara ilmu dan nasehat berharga.
Kegemaran Habib Abdullah
Dalam Menuntut Ilmu Dan Berdakwah
Dalam Menuntut Ilmu Dan Berdakwah
Beliau sangat gemar menuntut
ilmu. Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling
ke berbagai kota (di Hadhramaut) untuk menjumpai kaum shalihin, menuntut ilmu
dan mengambil berkah dari mereka.
Beliau berguru dengan lebih dari seratus ulama, diantaranya
adalah :
1. al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Aththas
2. al-Habib Aqil bin Abdurrahman as-Saqqaf
3. al-Habib Abdurrahman bin Syaikh Aidid
4. al-Habib Abu Bakar bin Abdurrahman bin Syihabuddin
5. al-Habib Sahl bin Ahmad Bahsin al-Hadi Ba Alawi
6. al Habib Muhammad bin Alwi as-Saqqaf
dan masih banyak lagi.
1. al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Aththas
2. al-Habib Aqil bin Abdurrahman as-Saqqaf
3. al-Habib Abdurrahman bin Syaikh Aidid
4. al-Habib Abu Bakar bin Abdurrahman bin Syihabuddin
5. al-Habib Sahl bin Ahmad Bahsin al-Hadi Ba Alawi
6. al Habib Muhammad bin Alwi as-Saqqaf
dan masih banyak lagi.
Dari guru-gurunya itulah ia
banyak berpengaruh hingga menekuni tasawwuf sampai ia menyusun Ratib al-Haddad
(wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang terkenal ini. Dan dari
guru-gurunya tersebut dengan kajiannya yang mendalam diberbagai ilmu keislaman
menjadikannya benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai seluk-beluk
syari`at dan hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam tasawwuf
hingga memperoleh tingkat al-Qutub al-Ghauts, seorang dai yang menyampaikan
ajaran-ajaran islam dengan sangat mengesankan dan sebagai seorang penulis yang produktif
yang karya-karyanya tetap dipelajari orang sampai saat ini.
Selain giat dalam menuntut ilmu,
Habib Abdullah juga salah seorang dai yang gemar berdakwah. Banyak dari para
penuntut ilmu yang datang berguru kepadanya. Keaktifannya dalam berdakwah menjadikannya
digelari Quthbid Dakwah wal Irsyad.
Diantara murid-murid beliau adalah :
1. al-Habib Hasan bin Abdullah al-Haddad (putra beliau)
2. al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi
3. al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih
4. al-Habib Muhammad bin Zain bin Smith
5. al-Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman as-Saqqaf
6. al-Habib Muhammad bin Umar bin Thaha ash-Shafi as-Saqqaf
dan masih banyak lagi.
1. al-Habib Hasan bin Abdullah al-Haddad (putra beliau)
2. al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi
3. al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih
4. al-Habib Muhammad bin Zain bin Smith
5. al-Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman as-Saqqaf
6. al-Habib Muhammad bin Umar bin Thaha ash-Shafi as-Saqqaf
dan masih banyak lagi.
Ibadah Habib Abdullah
Pada masa permulaannya, setiap
malam beliau mengunjungi seluruh masjid dikota Tarim untuk beribadah. Salah
seorang yang tinggal berdampingan dengan masjid tempat beliau biasa shalat
mengatakan, “Setiap malam ketika penduduk kota ini lelap dalam tidurnya, aku
selalu mendapati beliau berjalan ke masjid.” Sahabat beliau menceritakan,
“Suatu hari aku berziarah bersama beliau ke makam Nabi Allah Hud as, malam itu
seekor kalajengking menyengatku sehingga aku terjaga semalaman. Aku amati
beliau malam itu tidak tidur, asyik beribadah sepanjang malam. Waktu kutanyakan
hal itu, beliau menjawab bahwa telah tiga puluh tahun lamanya beliau berbuat
demikian.”
Meskipun amat gemar beribadah,
beliau tidak suka menceritakan atau memperlihatkan amalnya, kecuali bila
keadaan sangat memaksa dan ia ingin agar amal shalihnya itu diteladani. Beliau
berkata, “Aku sengaja tidak memperlihatkan amal ibadahku, meskipun
“Alhamdulilah” aku tidak khawatir terkena riya`, akantetapi sebagaimana
dikatakan oleh Nabi Yusuf as, “..aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan,
karena nafsu itu selalu mengajak berbuat kejahatan.”
Budi Pekerti Habib Abdullah
Beliau tidak menyukai kemasyhuran
atau kemegahan, dan tidak suka dipuji. Beliau berkata, “Banyak orang membuat
syair-syair untuk memujiku, sesungguhnya aku hendak mencegah mereka, tapi aku
khawatir tidak ikhlas dalam berbuat demikian, sehingga kubiarkan mereka berbuat
sekehendaknya. Dalam hal ini aku lebih suka meneladani Rasulullah saw, karena
beliaupun tidak melarang ketika para sahabatnya membacakan syair-syair pujian
kepadanya.”
Suatu hari beliau berkata kepada
orang yang melantunkan syair pujian untuknya, “Aku tidak keberatan dengan semua
pujian ini, yang ada padaku telah kucurahkan kedalam samudera Muhammad saw,
sebab beliau adalah sumber keutamaan, dan beliaulah yang berhak menerima semua
pujian, jadi bila sepeninggal beliau ada manusia yang layak dipuji, maka
sesungguhnya pujian itu kembali kepadanya. Adapun setan, ia adalah sumber
segala keburukan dan kehinaan, karena itu setiap kecaman dan celaan terhadap
keburukan akan terpulang kepadanya, sebab setanlah penyebab pertama terjadinya
keburukan dan kehinaan.”
Beliau tidak pernah bergantung
pada makhluk dan selalu mencukupkan diri hanya dengan Allah swt. Beliau
berkata, “Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan
karunia Allah, aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanan-Nya.”
Beliau juga berkata, “Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi
selain Allah swt. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak
meninggikan kedudukannya disisiku, karena aku menganggap orang itu hanyalah
perantara saja.” Beliau selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah serta
mengamalkan ilmu yang dimilikinya.
Disamping kesibukan beliau
beribadah, dan berdakwah, beliau juga memelihara perkebunan dan ayam, yang mana
dari hasil perkebunan dan ayam tersebut beliau gunakan untuk membantu faqir
miskin, anak-anak yatim, janda, penuntut ilmu, dan orang-orang yang tidak
mampu. Habib Abdullah juga mengetahui tentang ilmu pertanian, bahkan sering
kali ia duduk bersama petani-petani untuk mengajarkan ilmu-ilmu pertanian.
Karya tulis Habib Abdullah
Selain dikenal sebagai seorang
yang ahli dalam berdakwah, Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad juga dikenal
sebagai salah seorang penulis yang produktif. Keindahan susunan bahasa serta
mutiara-mutiara nasehat yang terdapat dalam karya-karyanya, menunjukkan akan
keahlian beliau dalam berbagai ilmu agama. Bukan hanya kaum awam saja yang
membaca dan menggemarinya, akantetapi sebagian ulama pun menjadikannya sebagai
pegangan dalam berdakwah.
Diantaranya adalah :
1. an-Nashaih ad-Diniyyah
2. ad-Dakwatut Taammah wa Tadzkiratul `Aammah
3. Risalatul Mu`awanah wal muzhaharah wal Mu`azarah
4. al-Fushulul Ilmiyyah
5. Sabilu Iddikar
6. Risalatu Mudzkarah
7. Risalatu Adab Sulukul Murid
8. Kitabul Hikam
9. an-Nafaisul Uluwiyyah
10. Ithafus Sail Bijawabil Masail
1. an-Nashaih ad-Diniyyah
2. ad-Dakwatut Taammah wa Tadzkiratul `Aammah
3. Risalatul Mu`awanah wal muzhaharah wal Mu`azarah
4. al-Fushulul Ilmiyyah
5. Sabilu Iddikar
6. Risalatu Mudzkarah
7. Risalatu Adab Sulukul Murid
8. Kitabul Hikam
9. an-Nafaisul Uluwiyyah
10. Ithafus Sail Bijawabil Masail
Selain itu, terdapat ucapan dan ajaran-ajarannya yang sempat
dicatat oleh murid-murid dan para pecintanya, antara lain :
1. al-Mukatabat (kumpulan surat menyurat)
2. Ghayatul Qashad wal Murad oleh
3. Tatsbitul Fuad
1. al-Mukatabat (kumpulan surat menyurat)
2. Ghayatul Qashad wal Murad oleh
3. Tatsbitul Fuad
Diakui oleh para sufi, bahwa ada
ketinggian dan keindahan spiritualitas yang tinggi pada kesufian Habib
Abdullah. Dapat dilihat dari karya-karyanya tersebut betapa sejuk dan indahnya
bertasawwuf. Tasawwuf bagi Habib Abdullah adalah ibadah, zuhud, akhlak, dan
dzikir, suatu jalan membina dan memperkuat kemandirian menuju kepada Allah swt.
Di dalam salah satu karyanya yang
bernama Sabilu Iddikar, Habib Abdullah menjelaskan tentang kehidupan manusia
sejak dalam rahim, di dunia, di alam mahsyar, sampai pada kehidupan yang abadi,
disertai dengan ayat-ayat al-Qur`an dan hadits-hadits yang tersusun rapi dengan
uraian yang mengesankan.
Dalam kitabnya Risalatul
Mu`awanah, Habib Abdullah menegaskan pesannya kepada ummat Islam untuk
berpegang teguh pada al-Qur`an dan al-Hadits, termasuk di dalamnya kehidupan
tasawwuf yang tidak boleh lepas dari al-Qur`an dan al-Hadits, serta menghindari
sesuatu yang menyimpang dari al-Qur`an dan al-Hadits.
Sedangkan dalam al-Mukatabat,
beliau berpesan, seorang sufi harus menyaring dan menjernihkan segala
perbuatan, ucapan, dan semua niat serta perilaku dari berbagai kotoran berupa
riya`, dan segala sesuatu yang tidak disukai Allah swt. Selain itu manusia
harus menghadap Allah secara terus-menerus secara lahir maupun batin dengan
mengerjakan semua ketaatan hanya kepada Allah dan berpaling dari segala sesuatu
selain Allah Yang Maha Esa.
Dalam al-Fushulul Ilmiyyah, Habib
Abdullah menguraikan intinya adalah memurnikan tauhid (akidah) dari
sumber-sumber syirik, kemudian menumbuhkan akhlak terpuji seperti zuhud,
ikhlas, dan berperasangka baik terhadap kaum muslimin serta menghilangkan
segala sifat buruk seperti cinta dunia, riya`, dan angkuh. Kemudian
melaksanakan amal shalih yang nyata dan menjauhi perbuatan buruk. Mencari
nafkah dengan baik melalui jalan wara` (menjauhkan diri dari segala sesuatu
yang haram, dosa dan maksiat) dan qana`ah (mensyukuri sesuatu yang telah
diusahakannya
Ratib al-Haddad
Selain karya tulis, beliau juga
meninggalkan banyak doa-doa serta dzkir-dzikir susunannya. Diantara doa dan
dzikir-dzikir yang beliau susun, ratib al-Haddad inilah yang paling masyhur di
kalangan ummat Islam, khususnya di Indonesia.
Ratib ini beliau susun pada salah satu malam di bulan Ramadhan
tahun 1071 H.
Ratib ini disusun untuk memenuhi permintaan salah seorang murid beliau yang bernama `Amir dari keluarga Bani Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di propinsi Hadhramaut). Tujuan `Amir meminta Habib Abdullah untuk menyusun ratib ini adalah, agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang ketika itu sedang melanda Hadhramaut.
Ratib ini disusun untuk memenuhi permintaan salah seorang murid beliau yang bernama `Amir dari keluarga Bani Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di propinsi Hadhramaut). Tujuan `Amir meminta Habib Abdullah untuk menyusun ratib ini adalah, agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang ketika itu sedang melanda Hadhramaut.
Mulanya, ratib ini hanya dibaca
di kampung `Amir sendiri, yaitu kota Syibam setelah mendapat izin dan ijazah
dari al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. kemudian, ratib ini pun mulai dibaca
di masjid al-Hawi miik beliau yang terletak di kota Tarim.
Pada kebiasaannya, ratib ini
dibaca secara berjamaah setelah shalat Isya`, dan pada bulan Ramadhan, ratib
ini dibaca sebelum shalat Isya` untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan
shalat Tarawih, dan ini adalah waktu yang telah ditartibkan al-Habib Abdullah
bin Alwi Al-Haddad untuk kawasan-kawasan yang mengamalkan ratib ini. Dengan
izin Allah, kawasan-kawasan yang mengamalkan ratib ini pun selamat dan tidak
terpengaruh dari ajaran sesat tersebut.
Setelah al-Habib Abdullah bin
Alwi al-Haddad berangkat menunaikan ibadah haji, ratib al-Haddad pun mulai
dibaca di Mekkah dan Madinah. al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi berkata,
“Barangsiapa yang membaca ratib al-Haddad dengan penuh keyakinan dan
keikhlasan, niscaya akan mendapat sesuatu yang diluar dugaannya.”
Ketahuilah bahwa setiap ayat,
doa, dan nama Allah yang disebutkan dalam ratib ini dipetik dari al-Qur`an dan
Hadits Nabi saw. Bilangan bacaan disetiap doa dibuat sebanyak tiga kali, karena
itu adalah bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk al-Habib
Abdullah bin Alwi al-Haddad sendiri. Beliau menyusun dzikir-dzikir yang pendek
dan dibaca berulang kali, agar memudahkan pembacanya. Dzikir yang pendek ini
jika selalu dibaca secara istiqamah, maka lebih utama dari pada dzikir yang
panjang namun tidak dibaca secara istiqamah.
Demikianlah Habib Abdullah
menghabiskan umurnya. Beliau menuntut ilmu dan mengajar, berda`wah dan
mencontohkan, sampai akhirnya pada selasa sore, 7 Dzulqa`dah 1132 H, kembali
menghadap Yang Kuasa, meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia.
Di kota itu pula, di pemakaman Zanbal beliau dimakamkan. Semoga Allah SWT
memberi-Nya kedudukan yang mulia disisi-Nya dan memberi kita manfaat yang
banyak dari ilmu-ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar