mandapa za

mandapa za

Senin, 06 Januari 2014

DALIL MAULID NABI MUHAMMAD SAW


DALIL AHLI HADITS TENTANG ABSAHNYA MAULID NABI SAW. YANG TIDAK MUNGKIN BISA DIBANTAH OLEH PARA PENGINGKARNYA

Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Dia berikan kepada kita adalah suatu kewajiban bagi kita. Ekpresi syukur dapat dilakukan dengan beragam cara selama dalam nilai-nilai ketaatan kepada Allah. Mengingat hari-hari tertentu dimana kita mendapat nikmat dengan selalu mensyukurinya adalah hal yang diajarkan Nabi Saw. 

Nabi Saw. ketika ditanya tentang puasa hari Senin menjawab: “Hari tersebut adalah hari saya dilahirkan dan hari saya diutus atau hari saya diturunkan.” (HR. Muslim).

Al-Hafidz Ibnu Rojab al-Hanbali mengomentari hadits di atas: “Di dalam hadits ini ada sebuah isyarah, yaitu disunnahkanya berpuasa pada hari-hari Allah memberi nikmat kepada hambaNya. Dan nikmat terbesar bagi umat ini adalah adanya Nabi Muhammad Saw. dan diutusnya beliau sebagai rasul bagi mereka, sebagaimana firman Allah Swt.: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri.” Maka puasa pada hari dimana Allah memperbaharui nikmat hambaNya yang beriman adalah sangat terpuji, dan hal tersebut kategori membayar nikmat dengan rasa syukur.

Ibnu Abas ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. datang ke Madinah dan menjumpai kaum Yahudi sedang berpuasa hari Asyura. Maka Nabi Saw. bertanya kepada mereka: “Hari apa ini yang kalian puasai?”

Mereka menjawab: “Ini adalah hari besar, hari Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan meneggelamkan Fir’aun bersama balatentaranya. Kemudian Musa mempuasai hari tersebut karena rasa syukurnya, sehingga kami pun ikut berpuasa.”

Maka Nabi Saw. bersabda: “(Kalau demikian) kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa As. daripada kalian.” Kemudian Nabi Saw. berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpusa pada hari tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim).

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqallani mengatakan: “Dan dapat diambil faidah dari hadits tersebut adalah sikap syukur kepada Allah Swt. atas anugerah yang telah Dia berikan pada hari tertentu berupa pemberian nikmat atau dihindarkan dari bahaya. Dan syukur tersebut diulang setiap tahun pada hari yang sama dan syukur kepada Allah dapat dilakukan dengan bermacam-macam ibadah seperti sujud, puasa, shadaqah atau membaca al-Quran. Dan nikmat manakah yang lebih besar dari nikmat adanya Nabi Muhammad Saw., Nabi rahmat?”

Kemudian Ibnu Hajar menjadikan hadits ini sebagai dalil dianjurkannya perayaan Maulid Nabi Saw.(Al-Hawiy li al-Fatawa juz 2 halaman 196).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar