mandapa za

mandapa za

Kamis, 16 Januari 2014

DETIK-DETIK RASULULLAH SAW. MELEPAS MASA LAJANG (JOMBLO)

Sebenarnya sudah banyak dari bangsawan Quraisy yang melamar Khadijah Ra. Akan tetapi Sayyidah Khadijah Ra. menolak. Karena ia sangat mengharapkan untuk menjadi istri Nabi Akhir Zaman tersebut.

Tak lama kemudian Sayyidah Khadijah Ra. menemui pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal yang beragama Nasrani dan berpegangan pada kitab Injil yang masih murni. Lalu Sayyidah Khadijah Ra. menceritakan kepadanya tentang berita yang telah ia dapati. Saat itu juga Waraqah bin Naufal berkata: “Wahai Khadijah, jika berita yang telah engkau dapati itu benar, maka Muhammad adalah Nabi Agung yang ditunggu-tunggu. Dan sesungguhnya saya telah mengetahui dari kitab Injil bahwa telah tiba saatnya pada umat sekarang ini nabi yang ditunggu-tunggu.”

Keyakinan Sayyidah Khadijah Ra. pun semakin memuncak. Maka setelah 2 bulan 20 hari dari kepulangan beliau Saw. dari Syam, Sayyidah Khadijah Ra. mengutus seorang wanita yang bernama Nafisah binti Muniyah untuk berusaha agar beliau Saw. mau menjadi suaminya. Kemudian Nafisah mendatangi beliau Saw. dan berkata: “Wahai Tuan Muhammad, apa yang menyebabkan Anda sampai sekarang ini belum menikah?”

Beliau Saw. menjawab dengan jujur: “Aku belum mempunyai biaya untuk menikah.”

Lalu Nafisah berkata: “Jika seandainya ada seorang wanita yang sangat kaya raya, sangat cantik dan anggun berwibawa, sangat mulia kedudukannya dan suci kepribadiannya, maukah engkau menikah dengannya?”

Beliau Saw. bertanya: “Siapakah wanita itu?”

Nafisah menjawab: “Dia adalah Sayyidah Khadijah Ra.”

Beliau Saw. lalu berkata: “Bagaiamana caranya saya bisa menikah dengannya?”

Waktu itu juga Nafisah segera pergi dan menghadap Sayyidah Khodijah Ra. dengan membawa kabar gembira yang sangat diharapkannya dan menceritakan pembicaraannya dengan beliau Saw. Kemudian Sayyidah Khadijah Ra. mengutusnya lagi agar memberitahu kepada beliau Saw. bahwa dirinya akan datang melamar.

Sayyidah Khadijah Ra. juga mengutus Nafsiah untuk memanggil pamannya yang bernama Amar bin Asad untuk menjadi walinya. Pada saat itu pula beliau Saw. memberitahukan paman-pamannya akan hal tersebut. Dan merekapun menyambut berita tersebut dengan penuh kegembiraan.

Tak lama kemudian beliau Saw. pergi ke rumah Sayyidah Khadijah Ra. dengan didampingi kedua pamannya, Sayyid Abu Thalib dan Sayyidina Hamzah, untuk melamarnya. Dan juga hadir dalam acara tersebut para bangsawan Quraisy, diantaranya Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra.

Kemudian Sayyid Abu Thalib melamar Sayyidah Khodijah Ra. kepada pamannya yang bernama Amar bin Asad untuk beliau Saw. Akhirnya Amar bin Asad pun menikahkan Sayyidah Khodijah Ra. dengan beliau Saw. dengan mahar 400 dirham yang dibayarkan tunai oleh Sayyid Abu Thalib. Pada saat itu usia beliau Saw. adalah 25 tahun dan Sayyidah Khadijah berusia 40 tahun.

Selesainya pernikahan tersebut, beliau Saw. mengadakan Walimatul ‘Arus dengan memotong onta. Begitupula Sayyidah Khadijah Ra., ia merayakan pernikahannya bersama wanita-wanita Quraisy untuk mengungkapkan rasa kebahagiaan dan keberuntungan atas tercapainya harapan menjadi istri beliau Saw.

Disebutkan dalam kitab Nuzhat al-Majalis juz 2 halaman 130: “Setelah usainya pernikahan tersebut, Sayyidah Khadijah Ra. mendengar dari orang-orang yang iri dengki mengatakan: “Bagaimana Khadijah mau menikah dengan orang yang faqir?”

Sayyidah Khadijah Ra. pun marah atas perkataan tersebut yang ia anggap telah melecehkan dan menghina beliau Saw. Kemudian Sayyidah Khadijah memanggil para bangsawan Quraisy itu dan berkata: “Wahai bangsawan-bangsawan Quraisy, saksikanlah sesungguhnya aku telah memberikan semua yang aku miliki kepada Muhammad. Jika ia masih mau denganku, maka itu adalah kebijakan pribadinya yang luhur.”

Para bangsawan Quraisy yang hadir pun menjadi takjub dan kagum atas prilaku Khadijah Ra. yang sangat mulia. Begitupula beliau Saw. bangga atas prilaku Khadijah Ra. dengan berkata:

بما أكافئ خديجة

“Bagaimanakah aku bisa membalas atas kebijakannya?”

Cinta Sayyidah Khadijah Ra. begitu memuncak kepada beliau Saw. Ia rela mengorbankan jiwa dan raganya demi untuk mengabdi kepada beliau Saw. Sehingga tahun demi tahun kehidupan beliau Saw. bersama Sayyidah Khadijah Ra. penuh dengan ketenangan, kecintaan dan kasih sayang.

Disebutkan dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah juz 1 halaman 163: “Sesungguhnya beliau Saw. dengan belas kasih sayangnya senantiasa memberi makan kepada orang yang tidak mampu (miskin). Begitu juga beliau Saw. seringkali melakukan thawaf (mengelilingi Ka’bah 7 kali). Dan saat itu Ka’bah masih dipenuhi dengan berhala-berhala. Dan tidaklah ada sesuatu yang paling dibenci oleh beliau Saw. melebihi berhala. Setiap bulan Ramadhan, beliau Saw. selalu berkhalwat di gua Hira’. Sedangkan sang istri, Sayyidah Khadijah Ra., selalu mendatangi beliau Saw. dengan membawakan makanan dan minuman.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar