Disebutkan dalam kitab Madarij ash-Shu’ud halaman 24: “Sesungguhnya terjadinya peristiwa Syaqq ash-Shadri (dibelahnya dada Rasulullah Saw. oleh para malaikat) adalah pada saat usia beliau Saw. 4 tahun.
Dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah juz 1 halaman 58: “Sayyidah Halimah Ra. berkata: “Pada saat beliau Saw. bersama dengan saudaranya, Abdullah, menggembala kambing di sekitar rumahku, tiba-tiba Abdullah lari dengan sangat kencang mendatangiku dengan muka yang sangat pucat dan keringat dingin bercucuran menunjukkan kecemasan dan ketakutan, sambil menangis dia berteriak-teriak: “Wahai Ibuku, wahai Bapakku, cepat tolonglah saudaraku, jangan sampai terlambat. Aku tak ingin beliau Saw. celaka.”
Kemudian aku (Halimah Ra.) berkata: “Apa yang terjadi wahai anakku?”
Abdullah menjawab: “Saat kami menggembala kambing, tiba-tiba datang dua orang yang berpakaian putih-putih, kemudian membawa beliau Saw. ke atas bukit.”
Dengan spontan Sayyidah Halimah Ra. dan suaminya bangkit lari mengejar keberadaan beliau Saw. sambil berteriak-teriak meminta bantuan orang-orang di kampungnya. Peristiwa tersebut juga pernah diriwayatkan sendiri oleh beliau Saw., sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab tersebut halaman 61, bahwa beliau Saw. bersabda: “Sesungguhnya pada saat terjadinya peristiwa tersebut, ibuku (Sayyidah Halimah Ra.) dan suaminya bersama para rombongan berlari menuju arah keberadaanku di atas bukit yang mana pada saat itu Malaikat Jibril As. dan Malaikat Mikail As. sedang membelah dadaku yang tanpa aku merasakan cemas ataupun sakit, dengan tujuan untuk mengisi ke dalam jiwaku berbagai macam anugerah yang sangat agung.”
Peristiwa itu disebutkan juga dalam kitab Maulid Simthu ad-Durar karya al-Habib Ali al-Habsyi:
وما أخرج الأملاك من قلبه أذى ولكنهم زادوه طهرا على طهر
“Sesungguhnya para malaikat tersebut tidaklah mengeluarkan sesuatu dari diri beliau Saw. Akan tetapi sesungguhnya mereka telah menambah kesucian di atas kesucian pribadi beliau Saw.”
“Setelah peristiwa tersebut selesai, aku (Nabi Saw.) dan para malaikat dari kejauhan mendengar teriakan ibuku (Sayyidah Halimah Ra.) yang sedang berlari menuju ke arahku dengan berkata:
وا ضعيفاه
“Sesungguhnya anakku masih kecil dan lemah, maka janganlah diganggu.”
Dengan seketika para malaikat tersebut memelukku dengan penuh belas kasih sayang dan mencium kepalaku dan juga keningku sambil berkata:
حبذا أنت من ضعيف
“Engkau bukanlah anak yang lemah, karena engkau adalah kekasih Allah Swt.”
Tak lama kemudian terdengar ibuku berteriak lagi:
وا وحيداه
“Sesungguhnya anakku sendirian tidak ada yang melindunginya, tolong janganlah diganggu.”
Dengan seketika pula para malaikat tersebut memelukku dengan penuh kasih sayang dan mencium kepalaku dan juga keningku sambil berkata:
حبذا أنت من وحيد وما أنت بوحيد إن الله معك وملائكته والمؤمنين من أهل الأرض
“Sesungguhnya engkau wahai kekasih Allah Swt., tidaklah sendirian. Bahkan Allah Swt. bersama para malaikatNya dan semua orang yang beriman selalu bersamamu.”
Dan tidak lama kemudian, terdengar lagi ibuku berteriak:
وا يتيماه استضعفت من بين أصحابك فقتلت لضعفك
“Tolong janganlah diganggu, sesungguhnya dia adalah anak yatim yang paling lemah diantara kita. Sungguh sangatlah mudah terbunuh dikarenakan kelemahannya.”
Dan seketika pula para malaikat tersebut memelukku dengan penuh kasih sayang dan mencium kepalaku dan juga keningku sambil berkata:
حبذا أنت من يتيم ما أكرمك على الله لو تعلم ما أريد بك من الخير أقرت عينك
“Alangkah mulianya engkau sebagai anak yatim, sungguh engkau sangat mulia di sisi Allah Swt. Sesunggughnya jika engkau tahu kebajikan apa yang Allah Swt. kehendaki kepadamu sungguh engkau akan merasa sangat senang dan bahagia.”
Kemudian setelah mereka sampai di kaki bukit, ibuku (Sayyidah Halimah Ra.) melihatku dan dengan mendaki bukit tersebut beliau berkata:
لا أراك إلا حيا بعد
“Sungguh saya kira engkau telah meninggal dan aku tidak bisa melihatmu lagi.”
Kemudian ibuku mendatangiku dan memelukku dengan penuh kegembiraan atas keselamatanku. Kemudian beliau Saw. bersumpah:
فو الذي نفسي بيده إني لفي حجرها قد ضمتني إليها ويدي في أيديهم ( يعني الملائكة ) والقوم لا يبصرونهم
“Demi Dzat Yang Menguasai diriku, sesungguhnya pada saat aku dalam pelukan ibuku, para malaikat masih memegang tanganku, namun mereka (ibuku dan rombongannya) tidak melihatnya.”
Dengan peristiwa yang sangat aneh tersebut, sebagian dari kaum Bani Sa’ad menyarankan kepada Sayyidah Halimah Ra. dan suaminya untuk membawa beliau Saw. ke dukun. Karena mereka menganggap apa yang terjadi pada beliau Saw. adalah akibat dari gangguan jin. Seketika itu beliau Saw. berkata:
يا هؤلاء مابي مما تذكرون شيء إن آرابي (أي أعضائي) سليمة وفؤادي صحيح وليس بي قلبة أي علة
“Wahai kalian semua, sesungguhnya aku tidak terkena seperti apa yang kalian duga. Bukankah kalian telah melihat sendiri bahwa anggota tubuhku dan akalku dalam keadaan sehat? Sungguh tak ada sedikitpun sesuatu yang aku derita.”
Kemudian bapakku (suami Sayyidah Halimah Ra.) berkata: “Wahai kaumku, apakah kalian tidak mendengar apa yang telah dikatakan oleh anakku ini? Sungguh semua perkataannya sangat normal dan saya berharap semoga saja anakku ini tidak terkena apa-apa.”
Namun penduduk tersebut tetap sepakat membawaku ke dukun untuk diperiksa. Begitu sampai di tempat dukun, mereka menceritakan keadaanku pada dukun tersebut. Tetapi dukun tersebut menyuruh mereka diam dan memintaku untuk menceritakan sendiri peristiwa yang baru saja aku alami. Dan begitu aku selesai menceritakan semua peristiwa yang baru saja aku alami, tiba-tiba dukun tersebut menyekapku dan berteriak dengan keras: “Wahai penduduk Arab semua, sungguh malapetaka sebentar lagi akan datang. Bunuhlah segera anak ini dan bunuh pula aku bersamanya. Demi Tuhan Lata dan Uzza, apabila anak ini kalian biarkan menjadi besar, niscaya akan membawa agama baru yang mengganti agama kalian semua. Dia akan menganggap kita dan nenek moyang kita adalah orang-orang yang bodoh tak berakal. Dia akan bertentangan dengan seluruh urusan kalian. Sungguh dia akan membawa agama baru yang belum pernah kalian dengar sebelumnya.”
Seketika itu juga dengan secepatnya ibuku (Sayyidah Halimah Ra.) merebut aku dari dekapan dukun tersebut, dan sambil berkata dengan lantang kepadanya: “Sesungguhnya yang terkena gangguan adalah kamu. Dan perkataan kamu adalah perkataan orang yang tidak waras. Jika aku tahu kamu akan berkata begini, maka kami tidak akan mendatangimu. Jika kamu ingin mati, carilah sendiri orang yang membunuhmu. Kami tidak mungkin untuk mencelakai anak yang kami cintai ini.”
Dengan seketika pula, ibuku dan rombongannya membawaku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku merenung dengan penuh takjub atas segala peristiwa yang terjadi antara aku dengan para malaikat. Dan bekas belahan malaikat tersebut masih terlihat membekas di antara dada dan pusarku.”
Dan disebutkan dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyyah juz 1 halaman 58, Sayyidah Halimah Ra. berkata: “Sesampainya kami di rumah, setelah terjadinya peristiwa tersebut, suamiku berkata: “Wahai istriku Halimah, lebih baik anak ini kita pulangkan saja ke ibundanya sebelum terjadi sesuatu kepadanya, dan kita akan selamat dari pertanggunganjawaban.”
Dengan segera kami pun membawa beliau Saw. ke Makkah untuk dikembalikan kepada ibunda beliau Saw., walaupun sesampainya di sana sudah malam.”
Pada saat Sayyidah Halimah Ra. dan suaminya bersama beliau Saw. sudah mendekati kota Makkah, tiba-tiba beliau Saw. menghilang dari pandangan mereka. Dengan perasaan khawatir dan cemas diapun bersama suaminya mencari beliau Saw. Setiap tempat dan penjuru di antara gunung-gunung dan perbukitan yang ada di sekitarnya mereka datangi untuk mencari beliau Saw. Namun mereka tidak berhasil menemukannya.
Kemudian mereka pun secepatnya menuju kota Makkah meminta pertolongan untuk mencari beliau Saw. Sesampainya di kota Makkah, mereka menemui Sayyid Abdul Muthallib dan berkata: “Wahai Tuan Abdul Muthallib, sesungguhnya di malam ini aku datang bersama dengan cucumu Muhammad untuk kami kembalikan kepada ibundanya. Akan tetapi sesampainya kami di dekat kota Makkah, beliau Saw. menghilang dari pandangan mata kami. Demi Allah kami tidak tahu di mana sekarang ia berada.”
Dengan seketika Sayyid Abdul Muthallib berdoa dengan suara yang keras:
يارب رد ولدي محمد أردده ربي وأصطنع عندي يدا
“Ya Allah ya Rabb, tolong kembalikanlah anakku Muhammad. Jika Engkau mengembalikannya, sungguh aku akan berbuat kebajikan (nadzar bersedekah).”
Seketika itu terdengarlah seruan dari langit:
أيها الناس لا تضجوا إن لمحمد ربا لن يخذله ولا يضيعه
“Wahai penduduk Makkah, janganlah kalian panik. Sesungguhnya Muhammad mempunyai Tuhan yang tidak akan mengecewakannya dan tidak mungkin meninggalkannya.”
Kemudian Sayyid Abdul Muthallib berkata: “Di manakah kami bisa menemukannya?”
Lalu terdengar lagi seruan dari langit:
إنه بوادي تهامة عند الشجرة اليمنى
“Sesungguhnya ia berada di lembah Tihamah, di dekat pohon Yumna.”
Dengan seketika Sayyid Abdul Muthallib bersama Sayyid Waraqah bin Naufal memacu kudanya menuju tempat tersebut dan tak lama kemudian mereka menemukan beliau Saw. di bawah pohon Yumna. Lalu Sayyid Abdul Muthallib mendekati beliau Saw. dan berkata: “Wahai anak kecil, siapakah engkau?”
Beliau Saw. menjawab: “Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib.”
Kemudian Sayyid Abdul Muthallib turun dari kudanya dan berkata: “Aku adalah kakekmu Abdul Muthallib.”
Kemudian Sayyid Abdul Muthallibb pun menggendong dan memeluknya sambil berkata: “Demi engkau wahai anakku, aku rela mengorbankan jiwa dan ragaku.”
Kemudian Sayyid Abdul Muthallib naik ke kudanya dengan memangku beliau Saw. dan membawanya pulang ke Makkah. Sesampainya di Makkah, Sayyidah Halimah Ra. menyambut dengan penuh kegembiraan atas keselamatan beliau Saw. Kemudian mereka membawa beliau Saw. kepada ibundanya, Sayyidah Aminah Ra.
Esok harinya, Sayyid Abdul Muthallib memotong kambing dan sapi serta memanggil penduduk Makkah untuk mensyukuri keselamatan beliau Saw. serta memenuhi janjinya.
Disebutkan dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam halaman 39, Sayyidah Halimah Ra. berkata: “Sesampainya kami di hadapan ibunda beliau Saw., maka beliau pun menyambut kami dengan baik. Dan dengan penuh takjub beliau berkata: “Wahai Halimah, apakah gerangan yang membuatmu mengembalikan anakku ini kepadaku, padahal sebagaimana yang telah engkau ungkapkan bahwa engkau sangatlah mencintai dan menyayanginya dan tak mau rasanya untuk berpisah darinya?”
Aku pun menjawab: “Wahai ibunda Muhammad, sesungguhnya Allah telah melimpahkan anugerahNya kepada kami dengan berkat anakmu ini. Dan sesungguhnya akupun sangat mencintai dan memuliakannya. Dan telah kucurahkan dengan segenap kasih sayang dan cintaku di dalam mengasuhnya. Namun demi kebaikan dan keselamatannya, kukembalikan kepadamu. Karena aku tidak ingin dan tak tega apabila ada sedikitpun sesuatu yang bisa membahayakannya. sebagaimana engkaupun menginginkan kebaikan dan keselamatan baginya.”
Lalu Sayyidah Aminah Ra. berkata: “Wahai Halimah, apakah yang telah terjadi? Jujurlah dan katakan kepadaku dengan terus terang.”
Maka akupun menceritakan kejadian tersebut (ancaman dari orang-orang yang iri dengki kepadanya, khususnya dukun-dukun sesat, dan terutama kisah dibelahnya dada beliau Saw. oleh makhluk yang tidak dikenalnya). Kemudian ibunda Rasulullah Saw. berkata: “Apa yang engkau khawatirkan wahai Halimah. Apakah engkau kira bahwa anakku ini diganggu oleh setan?
كلا والله ما للشيطان عليه من سبيل وإن لإبني شأنا
“Tidak mungkin, demi Allah. Tidaklah ada jalan bagi setan untuk bisa mengganggu anakku ini. Karena beliau Saw. selalu dilindungi oleh Allah Swt. dan para malaikatNya. Dan sesungguhnya anakku ini mempunyai keistimewaan dan keajaiban yang luar biasa.”
Kemudian ibunda Rasulullah Saw. menceritakan kejadiannya saat melahirkan beliau Saw. yang penuh dengan kejadian-kejadian yang luar biasa yang dengannya tidak diragukan lagi bahwa beliau Saw. adalah manusia utama kekasih Allah Swt. Dan akupun (Sayyidah Halimah Ra.) mendengarkannya dengan penuh kekaguman yang sangat luar biasa, hingga menjadi legalah hatiku dan semakin memuncaklah rasa kagum dan cintaku kepadanya. Sehingga dengannya, kamipun bisa pulang dengan hati yang tenang dan tentram.”
Setelah Sayyidah Halimah Ra. kembali ke kampungnya, maka selama 2 tahun, beliau Saw. diasuh langsung oleh ibu kandungnya (Sayyidah Aminah Ra.), dan dibantu oleh pembantunya (Barkah Ummu Aiman al-Habasyah) di bawah pengawasan kakeknya, Sayyid Abdul Muthallib, dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dan beliau Saw. tumbuh dan berkembang di bawah lindungan dan didikan Allah Swt. untuk mempersiapkannya menjadi manusia utama, utusan yang terpilih dan junjungan seluruh alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar