قال الكسائى ان عنق أم عوج كانت من أولاد آدم وكانت شنيعة المنظر قبيحة الشكل وكانت ساحرة ماهرة فولدت عوجا ثم ماتت بعد ولادتها بمائة سنة فلما كبر عوج كان عظيم الخلقة طوله ستمائة ذراع بالذراع القديم وهو ذراع ونصف الآن وكان عرضه مثل ذلك حتى قيل انه لما جاء الطوفان لم يجاوز الى ركبته وكان اذا جلس على الجبل يمد يده الى البحر فيأخذ منه السمك ويشويه فى عين الشمس وكان اذا غضب على أهل قرية يبول عليهم فيغرقهم وقيل انه سلط على أهل قرية فقالوا له نحن نكسوك قميصا ولا نأخذ منك ثمنه إلا بعد سنة فتخارج أهل تلك القرية وصنعوا له قميصا من القطن فألبسوه اياه فمضى عنهم فكان كلما قصد أن يمر عليهم يذكر ما عليه من الدين فيرجع عنهم ولا يدخل إليهم خوفا من الدين ويروى أن عوج بن عنق عاش من العمر أربعة آلاف سنة وخمسمائة سنة وأدرك أيام موسى فلما دخل موسى الى التيه ومعه بنو اسرائيل قصد عوج أن يهلكهم فجاء الى جيش موسى لأجل أن يعرف مقدارهم فوجدهم فرسخا فى فرسخ فمضى إلى جبل وقلعة من الأرض واحتمله على رأسه وجاء ليقلبه على جيش موسى فأرسل الله اليه هدهدا وجعل له منقارا من حديد فنزل ذلك الهدهد على تلك الصخرة وجعل ينقرها حتى ثقبها فنزلت فى عنق عوج فصارت غلاله لا يستطيع الحركة فلما رأى موسى ذلك أتى اليه وضربه بعصاه وكان طولها عشرة أذرع ووثب موسى فى الهواء عشرة أذرع وكان طول موسى عشرة أذرع فلم تبلغ ضربته ساق عوج فلما ضربه موسى خر عوج ميتا وصار ملقى فى الفلاة كالجبل العظيم ويروى أن ببلاد التتر نهرا يسمى الطائى وعليه قنطرة عظيمة فيقال ان تلك القنطرة من عظم ضلع عوج بن عنق وكان من جملة عجائب الدنيا
Al-Kisai mengatakan bahwa sesungguhnya ‘Anuq, ibunya ‘Auj, adalah keturunan Nabi Adam yang buruk rupa dan bentuk tubuhnya. Dia adalah tukang sihir yang handal. Dia melahirkan ‘Auj dan mati setelah 100 tahun dari kelahiran anaknya itu.
Ketika ‘Auj sudah dewasa ia berubah wujud menjadi raksasa yang tinggi dan lebar badannya mencapai 600 dzira’. Ukuran 1 dzira’ zaman dahulu adalah setara dengan 1,5 dzira’ sekarang.
Sehingga diceritakan bahwa, tatkala badai banjir tofan tiba takkan bisa sampai pada lututnya, disaat duduk di atas gunung ia bisa memasukkan tangannya ke laut dan bisa mengambil ikan dari dalamnya serta bisa memanggang ikan itu di bawah teriknya matahari. Saat ia marah maka seluruh penduduk desa dikencingi olehnya hingga mereka pun tenggelam di dalamnya.
‘Auj juga seringkali membuat keonaran pada penduduk desa. Maka mereka pun menawari padanya: “Kami akan membuatkanmu baju dan kami tidak akan mengambil harganya kecuali setelah 1 tahun.” (‘Auj memiliki hutang pada penduduk desa itu dan berjanji akan melunasinya).
Akhirnya semua penduduk desa pun bahu-membahu membuatkan baju dari kapas dan memakaikannya pada ‘Auj yang kemudian membuat ‘Auj pergi menjauh dari penduduk desa tersebut. Disaat ‘Auj ingin melewati perkampungan itu ia teringat akan janjinya. Maka ia cepat-cepat lari karena takut ditagih hutangnya.
Dikatakan bahwa ‘Auj hidup selama 4500 tahun, sehingga ia bisa menjumpai zaman Nabi Musa As. Tatkala Nabi Musa As. masuk ke tanah Tih beserta rombongan Bani Israel, ‘Auj pun ingin menghancurkan mereka. Ia datang pada tentara Nabi Musa untuk mengetahui ukuran kekuatan mereka. Disaat ia mendapatkan keleluasaan, maka ia mencabut gunung dan menggendong gunung tersebut di atas kepalanya.
Kemudian ia mendatangi Nabi Musa As. untuk memukul mundur tentaranya. Akan tetapi usaha ‘Auj gagal karena Allah mengutus burung hudhud. Burung hudhud itu memiliki paruh dari besi. Lalu burung hudhud itu meluncur menuju batu (gunung) yang dibawa ‘Auj dan memaruhnya sampai berlubang. Akhirnya batu tersebut pun jatuh ke leher ‘Auj dan membelenggunya sehingga ia tak lagi mampu bergerak.
Disaat Nabi Musa As. melihat kejadian itu maka beliau mendekat dan memukul ‘Auj dengan tongkatnya yang tingginya 10 dzira’. Lantas Nabi Musa As. melompat ke udara setinggi 10 dzira’. Sedangkan tinggi Nabi Musa As. sendiri adalah 10 dzira’. Maka pukulannya Nabi Musa As. pun tidak sampai mengenai lutut ‘Auj. Namun sebab pukulan Nabi Musa As. itu ‘Auj pun terjatuh dan mati tergeletak di lapangan seperti gunung besar.
Diceritakan pula bahwa di Gunung Tatri ada sebuah sungai yang bernama Tha-i. Di sana ada jembatan yang besar. Dikatakan bahwa jembatan itu berasal dari tulang iga ‘Auj bin ‘Anuq, dan hal ini termasuk dalam keajaiban dunia. (Bada-i’ az-Zuhur fi Waqa-i’ ad-Duhur halaman 52).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar